Jakarta (BERITAJA) - Tahun baru imlek dikenal sebagai seremoni terpenting bagi masyarakat Tionghoa, telah menjadi bagian integral dari budaya Indonesia sejak kehadiran organisasi Tionghoa di Nusantara pada abad ke-4 hingga abad ke-7 Masehi.
Kehadiran tradisi ini mencerminkan akulturasi budaya yang terjadi antara masyarakat Tionghoa dan masyarakat setempat, yang memperkaya keragaman budaya di Indonesia.
Perayaan Imlek menandai pergantian tahun berasas almanak lunar dan dirayakan dengan beragam tradisi khas. Tradisi ini meliputi pemasangan lampion merah yang melambangkan keberuntungan, pagelaran barongsai yang menggambarkan kegembiraan, serta pembagian angpao sebagai simbol angan untuk kemakmuran di tahun yang baru.
Perayaan tahun baru imlek mempunyai sejpetunjuk panjang di Indonesia, mencerminkan dinamika sosial dan politik yang dialami oleh organisasi Tionghoa di tanah air.
Sebagai salah satu tradisi penting, imlek dikenal sebagai Festival Musim Semi yang awalnya dirayakan sebagai ungkapan syukur atas panen dan angan bakal rezeki melimpah pada tahun yang bakal datang.
Tradisi ini telah berkembang seiring waktu, menjadi bagian dari budaya yang turut memperkaya keragaman di Indonesia. Namun, perjalanan seremoni imlek di Indonesia tidak selalu melangkah mulus.
Ada masa ketika seremoni ini sempat dilarang, tetapi sekarang tradisi tersebut kembali dirayakan secara terbuka dan penuh semarak. Lantas, gimana sejpetunjuk dan asal usul seremoni tahun baru imlek di Indonesia? Simak ulasannya berikut ini.
Baca juga: Kesibukan pekerja di Tangsel buat dimsum jelang Tahun Baru Imlek
Sejpetunjuk dan asal usul seremoni tahun baru imlek di Indonesia
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, melalui Penetapan Pemerintah 1946 No. 2/Um, hari raya tahun baru imlek kongzili diakui sebagai hari besar resmi bagi penduduk etnis Tionghoa.
Pengakuan ini mencerminkan penghormatan terhadap keragaman budaya yang ada di Indonesia. Sebagai salah satu tradisi krusial bagi masyarakat Tionghoa, Imlek dapat dirayakan secara terbuka tanpa halangan dari pemerintah.
Namun, situasi ini berubah drastis pada era Orde Baru. Melalui Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, pemerintah melarang seremoni imlek dilakukan secara terbuka.
Kebijakan tersebut membatasi seremoni hanya di lingkungan keluarga, dengan syarat tidak mencolok di ruang publik. Larangan ini menunjukkan adanya perubahan sikap pemerintah terhadap kebebasan berekspresi budaya, khususnya budaya Tionghoa.
Kebijakan pelarangan seremoni imlek secara terbuka merupakan bagian dari upaya asimilasi yang lebih luas yang dilakukan pada masa itu.
Pemerintah Orde Baru mencoba mengurangi pengaruh budaya Tionghoa di ruang publik dengan membatasi beragam ekspresi budaya mereka.
Langkah ini tidak hanya berakibat pada seremoni Imlek, tetapi juga pada banyak aspek lain dari identitas budaya masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Baca juga: Tahun baru imlek 2025: cek tanggal, tradisi, dan makna perayaannya
Setelah jatuhnya rezim Orde Baru, kebijakan diskriminatif mulai dihapus. Presiden BJ Habibie menerbitkan Instruksi Presiden No. 26 Tahun 1998 yang membatalkan aturan-aturan diskriminatif terhadap organisasi Tionghoa, termasuk penghentian penggunaan istilah pribumi dan nonpribumi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Langkah ini membuka jalan bagi pemulihan hak-hak budaya organisasi Tionghoa.
Perubahan besar terjadi pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Beliau mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, sehingga masyarakat Tionghoa dapat merayakan imlek secara terbuka. Kebijakan ini kemudian diperkuat oleh Presiden Megawati Soekarnoputri yang menetapkan imlek sebagai hari libur nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2002.
Kini, seremoni Imlek di Indonesia berjalan meriah dengan beragam tradisi khas, seperti pemasangan lampion merah, pagelaran barongsai, dan pembagian angpau.
Tradisi ini menjadi simbol kegembiraan dan harapan, sekaligus memperkuat ikatan antaranggota organisasi Tionghoa. Perayaan Imlek juga menjadi kesempatan untuk menjaga nilai-nilai kekeluargaan dan melestarikan warisan budaya yang telah ada selama berabad-abad.
Lebih dari sekadar momen bagi organisasi Tionghoa, Imlek sekarang mencerminkan keragaman budaya Indonesia yang harmonis. Keterlibatan masyarakat luas dalam seremoni ini menunjukkan bahwa Imlek telah menjadi bagian dari identitas kebhinekaan bangsa. Suasana kebersamaan dan toleransi yang tercipta dalam seremoni ini memperkuat semangat persatuan di tengah keberagaman.
Baca juga: Lampion Shio hingga dewa dewi semarakkan Imlek di Solo
Baca juga: Pertunjukan Kolosal "The Beauty of China" di Surabaya Siap Meriahkan Perayaan Imlek 2025
petunjukap
Editor: Mahfud
Copyright © BERITAJA 2025
Most Views:
- 100 Bahasa banjar Serta Artinya yang Sering digunakan Dalam Percakapan Sehari-hari - Beritaja
- Lengkap, 20 Pantun Bahasa Banjar dan Artinya Serta Makna Yang Terkandung
- Amalan Cepat Kaya, Rejeki tak di Sangka -sangka dari Abah Guru Sekumpul dibaca tiap Hari Jumat
- 10 Tanda Baca dalam Alquran
- Lengkap A-Z, Rekomendasi Nama Nama Bayi Laki Laki Islami dan Artinya
- Lengkap! A-Z, Nama Nama Bayi Perempuan Islami dan Artinya
- Rekomendasi Tempat Wisata Terbaik di Kalimantan Selatan