Banjarmasin (BERITAJA.COM) -
Direktur Utama PT Air Minum Bandarmasih, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan Ir H Yudha Ahmadi mengungkapkan, air sungai Martapura makin menurun kualitasnya sebagai bahan baku pembuatan air bersih.
Padahal, lanjut dia, di Banjarmasin, Sabtu, air sungai Martapura merupakan sumber utama bahan baku pengolahan air bersih perusahaan umum wilayah (Perumda) milik Pemkot Banjarmasin tersebut.
"Air baku nan diolah PT Air Minum Bandarmasih setiap jamnya itu 5.000 kubik, sebagian besar dari sungai Martapura," ujarnya.
PT Air Minum Bandarmasih, ungkap dia, mempunyai dua titik pengambilan air baku di sungai Martapura, sungai besar nan membentang dari Kabupaten Banjar hingga Kota Banjarmasin wilayah hilirnya, yakni, di Sungai Tabuk dan Sungai Bilu.
"Ada juga satu jalur pengambilan air baku di irigasi, tapi kapasitasnya sedikit, tetap sumber utama dari sungai Martapura," tutur Yudha.
Kondisi sumber utama bahan baku untuk pengolahan air bersih bagi 170 ribu pengguna ini, ucap dia, sedang mengalami penurunan kualitas, apalagi terus menurun setiap tahunnya.
"Memang tetap dapat diolah, tapi dosis bahan kimianya jadi lebih tinggi," ungkap Yudha.
Menurutnya, sebelumnya kimia nan diteteskan sekitar 40 ppm per liternya, sekarang bisa mencapai 50 ppm per liternya, lantaran air sungai Martapura tinggi tingkat kekeruhannya dan juga pencemarannya.
"Apalagi musim hujan ini, air sungai Martapura tinggi kekeruhannya, belum lagi masyarakat juga tetap banyak buang sampah dan limbah ke sungai, ini jadi tantangan kita untuk memberikan air bersih berbobot bagi pelanggan," ucap Yudha.
Menurutnya lagi, kondisi air sungai Martapura ini bisa pluktuasi, di saat musim hujan terjadi tinggi kekeruhannya, namun saat tandus tinggi keasinannya, karena air laut masuk.
"Jika kadar keasinan air sungai di atas 1.000 mililiter perliternya, tidak bisa diolah, sering terjadi ini," ujar Yudha.
Dia pun berharap, semua masyarakat untuk sadar pentingnya kelestarian sungai Martapura ini, karena jadi kebutuhan pokok bagi kesiapan air bersih jutaan manusia.
"Pemerintah dan masyarakat memang kudu berasosiasi untuk menjaga dan memperbaiki kualitas air sungai Martapura ini, utamanya pencemaran," ujar Yudha.