Profil Satryo Brodjonegoro, Mendiktisaintek - Beritaja
Jakarta (BERITAJA) - Satryo Soemantri Brodjonegoro merupakan Menteri Pendidikan Tinggi Sain dan Teknologi (Mendiktisaintek) Kabinet Merah Putih, dan dia dilantik berbareng menteri-menteri lainnya pada Senin (21/10/25).
Nama Satryo sebagai Mendiktisaintek mencuat lagi ketika ratusan aparatur sipil negara menggelar tindakan tenteram yang mereka sebut dengan “Senin Hitam” pada Senin (20/1/25).
Massa yang tergabung dalam Paguyuban Pegawai Ditjen Dikti ini menggelar tindakan tenteram di depan instansi Kemdiktisaintek sebagai solidaritas terhadap rekan mereka berjulukan Neni Herlina, yang baru saja diberhentikan dari jabatannya.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemdiktisaintek RI Togar M. Simatupang menyatakan pemberhentian Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Kemdiktisaintek tak dilakukan secara mendadak.
Hal ini diungkapkannya dalam merespons adanya tindakan tenteram yang dilakukan oleh ASN Kemdiktisaintek, yang dipicu oleh adanya pemberhentian secara mendadak kepada salah seorang pegawai Kemdiktisaintek berjulukan Neni Herlina beberapa waktu yang lalu.
"Tidak sejauh itu, dalam penataan ada tingkat jasa dan mutu yang mesti dijamin oleh bagian alias individu. Ada perbedaan dan tentu aplikasi penghargaan dan pembinaan," kata Togar saat dihubungi BERITAJA di Jakarta, Senin (20/1).
Berikut profil singkat Satryo Soemantri Brodjonegoro:
Baca juga: Respons demo, Sekjen Kemdiktisaintek: Pemberhentian ASN tak mendadak
Profil Satryo Soemantri Brodjonegoro
Satryo Soemantri Brodjonegoro lahir di Jakarta pada 5 Januari 1956. Saat ini, dia menjabat sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dalam Kabinet Merah Putih yang dibentuk pada 20 Oktober 2024.
Sebelum menduduki posisi ini, Satryo dikenal sebagai akademisi dan birokrat yang telah lama berkecimpung di bumi pendidikan tinggi di Indonesia.
Kariernya di bumi akademik dimulai sejak tahun 1985 sebagai pengajar di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), di mana dia mengabdikan diri hingga pensiun pada tahun 2009.
Selain itu, Satryo juga pernah dipercaya sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi di Kementerian Pendidikan Nasional dari tahun 1999 hingga 2007.
Di masa kepemimpinannya, dia turut andil dalam pengembangan konsep Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH), yang menjadi tonggak krusial dalam pengelolaan universitas di Indonesia.
Sebagai putra Profesor Soemantri Brodjonegoro yang merupakan mantan Rektor Universitas Indonesia dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1973, Satryo besar di lingkungan akademis.
Baca juga: Kemdiktisaintek nyatakan terbuka atas aspirasi publik dan internal
Salah satu adiknya, Profesor Bambang Brodjonegoro, juga dikenal sebagai pejabat negara yang pernah menjabat di beberapa kementerian di era Presiden Joko Widodo.
Satryo menyelesaikan pendidikan sarjananya di ITB sebelum melanjutkan studi ke Universitas California, Berkeley, di mana dia meraih gelar ahli di bagian teknik mesin pada tahun 1984.
Setelah kembali ke tanah air, dia kembali ke ITB dan diangkat menjadi Ketua Jurusan Teknik Mesin pada tahun 1992. Keahliannya di bagian teknik mesin mengakibatkannya diundang menjadi guru besar tamu di Universitas Teknologi Toyohashi, Jepang.
Selain berkarier di bumi akademik dan birokrasi, Satryo juga aktif di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Sejak tahun 2008, dia terlibat sebagai personil Komisi Bidang Ilmu Rekayasa, kemudian menjabat sebagai Wakil Ketua AIPI periode 2013–2018, dan akhirnya dipercaya menjadi Ketua AIPI untuk periode 2018–2023.
Satryo menikah dengan Silvia Ratnawati, dan mereka dikaruniai dua orang anak. Salah satu putrinya, Diantha Soemantri, mengikuti jejaknya di bumi akademik dan diangkat sebagai pembimbing besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada usia 42 tahun.
Baca juga: Mendiktisaintek sorong PT lakukan skema kemitraan demi majukan UMKM
Baca juga: Mendikti Saintek: Pendidikan vokasi jalin kemitraan dengan bumi usaha
Editor: Mahfud
Copyright © BERITAJA 2025
anda berada diakhir artikel berita dengan judul: