Pindah Ke Tempat Baru Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental - Beritaja
Jakarta (BERITAJA) - Berpindah ke tempat baru merupakan perubahan besar yang mampu menimbulkan kekhawatiran di tengah kegembiraan dan harapan.
Ditulis laman Hindustan Times, Minggu (23/3), Dr Ajit Dandekar, HoD, Psikiatri dan Kesehatan Mental, Rumah Sakit Super Spesialis Nanavati Max di Mumbai mengatakan kepindahan adalah perubahan besar yang membebani kesehatan mental. Ada jenis stres yang mengenai dengan kepindahan, yang disebut stres transisi.
“Beberapa penelitian telah menyoroti bahwa pindah ke tempat baru sering kali memicu guncangan budaya. Hal ini dapat melibatkan stres psikologis, kecemasan, alias depresi lantaran norma-norma yang tidak dikenal dan hilangnya jaringan pendukung lama. Kami sering mengawasi bahwa perseorangan umumnya mengalami suatu corak “stres transisi,” terutama jika lingkungan baru sangat berbeda dari budaya asal seseorang,” katanya.
Dr. Ajit Dandekar mengatakan perlu waktu untuk menyesuaikan diri agar dapat membangun kembali rumah dan merasa nyaman di tempat baru. Ia menyarankan untuk mengatasi kesenyapan dan kangen kampung laman dengan membangun hubungan sosial.
Mencari kawan baru, berasosiasi dengan golongan sosial, dan mencari orang dengan latar belakang yang sama untuk ketenangan emosional mampu menjadi strategi yang efektif untuk mengatasi kesepian.
Baca juga: Kenali OCD, gangguan kesehatan mental dengan prevalensi 2% di seluruh dunia
Baca juga: Psikolog sarankan pendekatan holistik atasi masalah kesehatan mental
“Seseorang dapat mempelajari keahlian praktis untuk kehidupan sehari-hari guna menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Jika Anda pindah ke wilayah dengan bahasa yang berbeda dari bahasa Anda, kembangkan dan pelajari keahlian komunikasi baru untuk mengurangi kesalahpahaman dan menghindari kemungkinan emosi terisolasi,” katanya.
Sementara itu, Dandekar mengatakan waktu penyesuaian diri dengan lingkungan baru berbeda tiap orang. Adaptasi awal acapkali menyantap waktu beberapa bulan hingga satu tahun untuk mencakup rasa nyaman dengan budaya istiadat setempat, persahabatan yang stabil dan stabilitas emosional.
Penyesuaian di tempat baru juga berbeda bagi anak lantaran mereka lebih berfokus pada apa yang mereka tinggalkan seperti kawan lama dan lingkungan sekolah yang sudah mereka kenal.
Hal ini menyebabkan banyak tekanan pada anak-anak dan di titik kritis ini anak memerlukan support dari orang tua.
Bagi orang tua yang membawa anak untuk pindah ke tempat baru, Dandekar menyarankan untuk mengakui dan menanggapi kekhawatiran anak, mempertahankan rutinitas yang sudah dikenal seperti tradisi budaya, dan mendorong partisipasi dalam aktivitas sekolah alias masyarakat.
Ini membantu kaum muda memperoleh support sosial, membangun persahabatan baru, dan secara berjenjang merasa nyaman di lingkungan tersebut.
Baca juga: Psikolog bagikan tips jaga kesehatan mental selama Ramadhan
Baca juga: Manfaat menulis jurnal agar tidur lebih nyenyak
:
Editor: Hany
Copyright © BERITAJA 2025
anda berada diakhir artikel berita dengan judul: