Surabaya (BERITAJA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus memasifkan sosialisasi dan kerjasama berbareng unsur hexa helix di kota setempat sebagai upaya pencegahan dan pengendalian penyakit Tuberkulosis (TBC).
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di Kota Surabaya, Senin mengatakan aktivitas ini merupakan upaya eliminasi TBC di Surabaya sekaligus mendukung percepatan sasaran nasional dalam eliminasi TBC tahun 2030.
"Tujuan aktivitas ini adalah untuk menyampaikan info terkini mengenai situasi capaian program TBC di Kota Surabaya. Kita punya tekad untuk mengeliminasi TBC. Karena TBC merupakan salah satu penyakit yang susah terdeteksi. Mereka biasanya malu, akhirnya tidak mengaku dan menularkan ke family maupun tetangga," katanya di sela optimasi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) videografi Orkestra Cinta Merdeka TBC di Surabaya.
Ia mengemukakan, optimasi KIE dalam corak media sosial mengenai program TBC rutin dilakukan kepada semua unsur yang tergabung dalam tim percepatan penanganan TBC di Kota Surabaya.
"Bahkan Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga, Prof. Dr. Nasronuddin menciptakan lagu, di situ disebutkan, yang sakit jangan didiskriminasi. Stigma juga mesti dirubah, ini cocok dengan sasaran pemkot melalui RW 1 Nakes 1," katanya.
Baca juga: Dinkes Surabaya sediakan pengobatan TBC cuma-cuma di Puskesmas
Baca juga: DPRD minta Dinkes Surabaya serius tangani kasus TBC
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menjelaskan bahwa Pemkot Surabaya telah mempunyai jasa kesehatan dengan konsep RW 1 Nakes 1 (R1N1) yang bermaksud untuk mempermudah dan mendekatkan pelayanan media kepada penduduk Surabaya. Layanan ini menjadi bagian dari pencegahan ketika penduduk mengalami sakit ringan alias berisiko tinggi.
"Dalam 1 RWmampu tahu yang mengandung berapa, yang sakit berapa, dan semuanya. Itulah yang saya sebut sebagai Surabaya Bergerak. Lalu di sambutlah dengan aktivitas pencegahan TBC ini, semoga dengan model ini TBCmampu dieliminasi di Kota Surabaya, dengan stigma bahwa orang terkena TBC jangan dijauhi,mampu berinteraksi tetapi menggunakan masker," tuturnya.
Di samping itu, TBC berbeda dengan COVID-19 sehingga tidak perlu dibangun tempat unik TBC. Sebab, jika ada tempat unik maka menimbulkan stigma di masyarakat bahwa penderita TBC mesti diasingkan.
"Pendekatannya berbeda, master menyampaikan penderitamampu tetap berinteraksi dengan menggunakan masker dan rutin mengkonsumsi obat sehinggamampu sembuh. Penderita TBC jangan didiskriminasi, kami koordinasi dengan DPRD gimana pendekatan itu dilakukan," tuturnya.
Baca juga: Eliminasi kasus TBC di Surabaya melampaui sasaran penapisan nasional
Baca juga: Dinkes Surabaya didorong maksimalkan penanganan TBC
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina mengatakan, TBC tidak hanya berakibat pada sektor kesehatan, tetapi juga pada aspek sosial dan ekonomi. Stigma terhadap penderita TBC menjadi tantangan dalam upaya pengendalian penyakit.
"Kegiatan ini adalah untuk memperkuat sinergi dan kerjasama antar sektor dalam mendukung program pengendalian TBC. Perlu tersampaikannya KIE kepada masyarakat dan menghilangkan stigma negatif di masyarakat terhadap penderita TBC," tuturnya.
Oleh karena itu, butuh support terhadap pasien TBC agar minum obat sampai tuntas dan tercapainya eliminasi TBC tahun 2030. Sasaran aktivitas ini adalah unsur pemerintah, swasta, komunitas, norma dan regulasi, serta media.
Tak hanya itu saja, Dinkes Surabaya juga rutin melakukan skrining di Kota Pahlawan. Surabaya sendiri merupakan tempat rujukan di Indonesia Timur. Berdasarkan info hingga tahun 2024, total kasus TBC di Surabaya adalah sebanyak 11 ribu, dari 16 ribu sasaran kasus nasional yang mesti ditemukan.
"Angka 11 ribu termasuk dari luar wilayah Kota Surabaya. Kalau Kota Surabaya sendiri sebanyak 9 ribuan. Ada tambahan dari luar, lantaran Surabaya rujukan se-Indonesia Timur," katanya.
Menurut Nanik, hingga saat ini, 90 persen penderita TBC yang ditemukan tengah menjalani pengobatan dan tantangannya adalah penderita TBC mesti melakukan pengobatan jangka panjang.
"Jika konsumsi obat berakhir maka penderita TBC bakal mengalami resisten obat dan proses penyembuhanmampu lebih dari enam bulan," katanya.
Baca juga: Menkes gencarkan penemuan kasus untuk eliminasi TB 2030
Baca juga: Pemerintah pantau capaian penanganan TBC di wilayah tiap pekan
Baca juga: Menkes: TBC mudah diobati, pengobatannya sudah bagus
Editor: Mahfud
Copyright © BERITAJA 2025
Most Views:
- 100 Bahasa banjar Serta Artinya yang Sering digunakan Dalam Percakapan Sehari-hari - Beritaja
- Lengkap, 20 Pantun Bahasa Banjar dan Artinya Serta Makna Yang Terkandung
- Amalan Cepat Kaya, Rejeki tak di Sangka -sangka dari Abah Guru Sekumpul dibaca tiap Hari Jumat
- 10 Tanda Baca dalam Alquran
- Lengkap A-Z, Rekomendasi Nama Nama Bayi Laki Laki Islami dan Artinya
- Lengkap! A-Z, Nama Nama Bayi Perempuan Islami dan Artinya
- Rekomendasi Tempat Wisata Terbaik di Kalimantan Selatan