Trending

Pelajaran Bagi Indonesia Untuk Mengejar Pertumbuhan Ekonomi Tinggi - Beritaja

Sedang Trending 3 minggu yang lalu

Jakarta (BERITAJA) - Masyarakat Vietnam meletakkan kepercayaan bahwa bambumampu melentur, tapi tidak pernah patah.

Filosofi ini menggambarkan ketangguhan masyarakat Vietnam termasuk dalam menghadapi tantangan ekonomi dan ketidakpastian dunia dalam beberapa waktu terakhir.

Hasilnya, negeri seribu pagoda itumampu mencatatkan keahlian yang mengesankan dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 7,09 persen, mencapai nilai 476,3 miliar dolar AS.

Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan 5,05 persen pada tahun 2023. Peningkatan ini didorong oleh ekspor yang kuat dan arus masuk investasi asing yang signifikan.

Berkaca dari Vietnam, sejatinya ada begitu banyak pelajaran yang dapat dipetik oleh Indonesia.

Apalagi, Indonesia dan Vietnam mempunyai perjalanan ekonomi yang menarik untuk dibandingkan. Dua negara ini, sama-sama lahir dari perjuangan panjang melawan kolonialisme, apalagi sekarang berada dalam persaingan untuk menjadi kekuatan ekonomi utama di Asia Tenggara.

Namun, ada sesuatu yangmampu dipelajari Indonesia dari Vietnam, ialah keberanian dan ketekunan dalam membangun ekonomi yang handal di tengah kondisi geopolitik yang penuh ketidakpastian.

Vietnam adalah contoh negara yang sukses menarik investasi asing langsung (FDI) dengan strategi yang terukur dan disiplin kebijakan yang kuat.

Selama dua dasawarsa terakhir, negara ini sukses mentransformasikan diri dari ekonomi agraris menjadi pusat manufaktur dan teknologi.

Indonesia, dengan segala potensinya, mempunyai kesempatan untuk mengikuti jejak Vietnam, apalagi melampauinya, jikamampu mengelola dinamika domestik dan dunia dengan lebih efektif.

Salah satu keberhasilan Vietnam terletak pada konsistensi kebijakan industrinya. Pemerintah Vietnam tidak ragu memberikan insentif kepada perusahaan multinasional yang mau menjadikan Vietnam sebagai pedoman produksi.

Langkah ini menciptakan rantai pasok yang kompetitif dan terintegrasi dengan ekonomi global.

Sementara itu, di Indonesia, izin yang sering berubah dan birokrasi yang tetap kompleks sering menjadi hambatan bagi investor. Kejelasan dan kepastian norma adalah aspek yang mesti dibenahi jika Indonesia mau bersaing dalam menarik investasi berkualitas.

Selain itu, Vietnam mempunyai strategi yang garang dalam membuka diri terhadap perdagangan global.

Dengan cepat, negara ini menandatangani beragam perjanjian perdagangan bebas, termasuk Perjanjian Perdagangan Bebas Uni Eropa-Vietnam (EVFTA), yang memberikan akses lebih luas ke pasar Eropa.

Langkah ini membawa untung besar bagi industri manufaktur dan ekspor Vietnam. Sementara itu, Indonesia tetap tertinggal dalam perihal diplomasi ekonomi yang progresif.

Dalam situasi geopolitik yang tidak menentu, di mana proteksionisme meningkat dan rantai pasok dunia mengalami gangguan, Indonesia mesti lebih proaktif dalam memperluas kerja sama ekonomi internasionalnya.

Namun, ada satu perihal lain yang tak kalah penting, Vietnam mempunyai tenaga kerja yang lebih kompetitif dibandingkan Indonesia.

Meskipun jumlah masyarakat Indonesia jauh lebih besar, kualitas tenaga kerja di Vietnam dianggap lebih disiplin dan produktif, terutama di sektor manufaktur.

Ini adalah hasil dari kebijakan pendidikan dan training vokasi yang dipetunjukkan untuk mendukung kebutuhan industri.

Indonesia mesti lebih serius dalam memperbaiki kualitas tenaga kerja, bukan hanya melalui pendidikan umum tetapi juga melalui training yang sesuai dengan kebutuhan industri masa depan.

Di sisi lain, Indonesia yang baru berasosiasi dalam BRICS juga sudah saatnya untuk mengambil faedah di antaranya dengan mengoptimalkan akses pasar ke negara-negara personil BRICS mencakup Brazil, India, China, Rusia, dan Afrika Selatan.

Keanggotaan ini tidak meniadakan juga untuk Indonesia berasosiasi dengan pasar lainnya demi menjading faedah ekonomi langsung seperti di ASEAN, G8, dan asosiasi regionalisme lainnya.

Strategi Vietnam

Dalam menghadapi ketidakpastian geopolitik, Vietnam menunjukkan elastisitas luar biasa. Negara ini sukses menjaga keseimbangan dalam hubungan dengan Amerika Serikat dan Tiongkok, dua kekuatan besar yang sering berkonflik dalam perang jual beli dan persaingan teknologi.

Vietnam tidak mau berjuntai pada satu kekuatan ekonomi saja, melainkan berupaya menjaga hubungan baik dengan semua pihak. Indonesia perlu belajar dari strategi ini.

Alih-alih terjebak dalam dilema geopolitik, Indonesia mesti memainkan perannya sebagai negara non-blok yang pandai dalam menjaga kepentingan nasionalnya.

Pemerintah Indonesia saat ini memang sudah berupaya menarik investasi besar-besaran melalui proyek hilirisasi, terutama di sektor nikel dan baterai kendaraan listrik.

Namun, upaya ini belum cukup jika tidak diiringi dengan reformasi struktural yang lebih mendalam. Selain memperbaiki birokrasi dan kebijakan investasi, pemerintah juga mesti memastikan bahwa proyek-proyek ini betul-betul memberikan faedah bagi masyarakat luas.

Jika hanya segelintir pihak yang mendapatkan untung dari investasi ini, maka tujuan utama pembangunan ekonomi ialah kesejahteraan rakyat bakal susah tercapai.

Vietnam juga memberikan pelajaran krusial tentang gimana menciptakan ekosistem upaya yang kondusif bagi pengusaha lokal.

Banyak perusahaan dalam negeri di Vietnam yang berkembang lantaran adanya kebijakan yang mendukung sektor upaya mini dan menengah (UKM).

Indonesia juga mesti memastikan bahwa pertumbuhan ekonominya tidak hanya berjuntai pada penanammodal asing, tetapi juga memberikan ruang bagi pengusaha lokal untuk tumbuh dan berkembang.

Inimampu dilakukan dengan memberikan akses pendanaan yang lebih mudah, deregulasi yang memudahkan upaya kecil, serta menciptakan ekosistem yang mendorong penemuan dan kewirausahaan.

Di sisi lain, ada aspek di mana Indonesiamampu lebih unggul dibanding Vietnam: sumber daya alam dan potensi pasar domestik yang besar.

Jika dikelola dengan baik, Indonesiamampu menarik investasi tidak hanya lantaran bayaran tenaga kerja yang kompetitif, tetapi juga lantaran potensi konsumen yang besar dan kesiapan bahan baku industri.

Namun, untuk mencapai itu, pemerintah perlu memastikan bahwa izin yang ada betul-betul mendorong efisiensi dan daya saing industri domestik, bukan justru membebani dengan kebijakan yang terlalu kompleks.

Akhirnya, dalam bumi yang penuh dengan ketidakpastian, ketahanan ekonomi menjadi kunci utama.

Indonesia mesti membangun ketahanan ini dengan memperkuat daya saing industri, memperbaiki infrastruktur, meningkatkan kualitas tenaga kerja, serta membangun hubungan internasional yang lebih strategis.

Belajar dari Vietnam bukan berfaedah meniru secara mentah-mentah, tetapi mengambil strategi terbaik yangmampu diterapkan dalam konteks Indonesia.

Peluang untuk menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara tetap terbuka lebar bagi Indonesia.

Yang diperlukan adalah keberanian untuk melakukan reformasi yang lebih serius, kejelian dalam membaca peta geopolitik, serta kesungguhan dalam menciptakan kebijakan yang betul-betul berakibat bagi kesejahteraan rakyat.

Jika Vietnammampu melakukannya, tidak ada argumen bagi Indonesia untuk tertinggal.


*) Penulis adalah Dosen UCIC, Cirebon.

Copyright © BERITAJA 2025



Atribusi: AntaraNews.com




Silakan baca konten menarik lainnya dari Beritaja.com di Google News dan Whatsapp Channel!