Jakarta (BERITAJA) - Pakar Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke India pada peringatan Hari Republik ke-76 membuka kesempatan memperkuat kerja sama pengendalian tuberkulosis (TB).
"Hal yang dapat dipelajari dari India, tentang upaya pengendalian TB yang banget masif di negara itu," katanya saat dikonfirmasi di Jakarta, Ahad.
Tjandra yang juga Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara di India pada 2015-2020 mengatakan bahwa India dan Indonesia adalah penyumbang terbesar kasus TB dunia.
"Indonesia berada di urutan kedua, sementara India pertama. Namun, populasi India jauh lebih besar, sehingga keberhasilan mereka dalam mengendalikan TB menjadi pelajaran berharga,” katanya.
Baca juga: Pakar: RI perlu mengambil keberhasilan India tekan nilai obat dan alkes
Baca juga: India berkesempatan investasi pelabuhan dan airport di Indonesia
Ia merujuk pada pencapaian India yang sukses menurunkan nomor kematian akibat TB dari 28 per 100.000 masyarakat pada 2015 menjadi 23 per 100.000 masyarakat pada 2022.
Selain itu, jumlah kematian akibat TB turun signifikan dari 494.000 kasus pada 2021 menjadi 331.000 kasus pada 2022.
India juga sukses mencapai sasaran pengobatan pada 95 persen pasien TB di tahun 2023, sebuah capaian yang patut dijadikan acuan, kata Tjandra menambahkan.
“Peran akomodasi kesehatan pemerintah sangat dominan, tetapi kontribusi sektor swasta juga meningkat pesat, dari menangani 190.000 kasus pada 2015 menjadi 840.000 kasus pada 2023,” katanya.
Tjandra menekankan pentingnya strategi India yang menyasar aspek akibat TB, seperti kurang gizi, HIV, diabetes, alkohol, dan kebiasaan merokok.
Untuk pasien TB yang kurang gizi, kata Tjandra, pemerintah India memberikan support langsung berupa duit bulanan dan keranjang makanan, sebuah program yang menurutnya layak dipertimbangkan di Indonesia.
Ia juga menyoroti akibat TB yang lebih tinggi pada penderita HIV, diabetes, dan kebiasaan tertentu.
“HIV meningkatkan akibat TB hingga 20 kali, sementara glukosuria meningkatkan akibat 2-3 kali lipat dan mengenai dengan resistensi obat TB. Faktor-faktor ini menjadi tantangan besar yang mesti kita tangani,” katanya.
Ia juga mengusulkan agar Indonesia mempertimbangkan publikasi laporan nasional serupa India TB Report 2024 untuk meningkatkan transparansi dan pertimbangan pengendalian TB di Tanah Air.
“Pengalaman India dapat menjadi benchmark yang baik bagi Indonesia untuk mengembangkan kebijakan TB yang lebih efektif,” katanya.*
Baca juga: Kemenkes bakal buat pedoman desa siaga TB guna akselarasi eliminasi TB
Baca juga: Kemenkes: Kasus TB HIV 2024 naik jadi 17.136
Editor: Deborah
Copyright © BERITAJA 2025
Most Views:
- 100 Bahasa banjar Serta Artinya yang Sering digunakan Dalam Percakapan Sehari-hari - Beritaja
- Lengkap, 20 Pantun Bahasa Banjar dan Artinya Serta Makna Yang Terkandung
- Lengkap 10 Resep Soto Banjar Terlezat – Asli, Kuah Santan, Hingga Kuah Susu Khas Kalimantan Selatan
- Keunikan Budaya Adat Banjar dan Tradisi Turun Temurun yang Khas
- Asal Usul Suku Banjar dan Bahasa Yang Digunakan
- Amalan Cepat Kaya, Rejeki tak di Sangka -sangka dari Abah Guru Sekumpul dibaca tiap Hari Jumat
- 10 Tanda Baca dalam Alquran
- Lengkap A-Z, Rekomendasi Nama Nama Bayi Laki Laki Islami dan Artinya
- Lengkap! A-Z, Nama Nama Bayi Perempuan Islami dan Artinya
- Rekomendasi Tempat Wisata Terbaik di Kalimantan Selatan
- Prakiraan Cuaca Besok Pagi di Kalimantan Selatan,Banjarmasin,Banjarbaru dan Kabupaten Lainnya