Monolog "akukaluna" Tampilkan Dilema "sandwich Generation" - Beritaja

1 bulan yang lalu

Jakarta (BERITAJA) - Dilema besar sosok Kaluna (Yunita Siregar) sebagai anak bungsu yang menjadi tulang punggung family antara memenuhi kebutuhan orang tua dan mengejar impiannya, diangkat ke dalam orasi AKUKALUNA yang di gelar di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat, Sabtu.

Dalam orasi ini, menghidupkan karakter Kaluna yang menggambarkan pergulatan jiwa dan perjalanan hidupnya.

Monolog AKUKALUNA, menyelami lebih dalam kisah hidup serta perjalanan emosional Kaluna, dengan perpaduan apik antara monolog, tari, dan musik.

Dalam orasi ini, menampilkan dua bagian, pertama penonton diajak mendalami emosi emosional Kaluna menghadapi masalah-masalah yang terjadi di keluarganya terutama dalam mengatasi tekanan finansial.

"Pahalamu besar di surga katanya. Tapi rumah bagai neraka nyatanya," kata Kaluna dalam emosi yang lirih.

Puncaknya saat abangnya terlilit utang dan memohon untuk Kaluna merelakan tabungannya untuk membayarkannya, yang akhirnya membuatnya memutuskan untuk meninggalkan rumah.

Hal ini membuatnya dilema mesti merelakan tabungannya untuk keluarganya alias mempertaruhkan tabungan untuk impiannya.

Kemudian, pada bagian keduamengutarakan pesan berbaikan dengan diri sendiri dan keadaan, menampilkan Kaluna akhirnya memilih kembali berkumpul dengan keluarga.

Sepanjang pertunjukan, menampilkan orasi yang dibawakan Yunita Siregar dan diiringi pemain pendukung sekaligus sebagai penari latar.

Menampilkan koreografi tarian dari Kaluna dan penari menampilkan adegan-adegan yang juga diiringi beberapa lagu seperti "Berakhir di Aku" karya Idgitaf, yang menjadi Original Soundtrack dari movie Home Sweet Loan dan lagu "Semoga Sembuh".

Monolog ini disuguhkan oleh Galeri Indonesia Kaya, serta kerjasama Visinema dan Jakarta Art House menghadirkan AKUKALUNA sebagai penyesuaian panggung dari movie box office "Home Sweet Loan".

Pertunjukan orasi ini merupakan perpanjangan dari movie Home Sweet Loan, menghadirkan kisah Kaluna dalam format yang lebih intim dan mendalam," kata Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya mengatakan antusiasmenya terhadap pagelaran ini.

Akhir pekan ini, Galeri Indonesia Kaya bakal menjadi ruang bagi para penikmat seni untuk merasakan cerita emosional ini secara langsung, ujarnya.

"Kami mau membujuk penonton menyelami isi hati serta perjalanan Kaluna sebagai seorang pejuang hidup. Dengan format live dan percampuran dengan unsur teater musikal, pagelaran ini juga menawarkan perspektif baru terhadap karakter Kaluna dan perjalanannya," kata Renitasari Adrian.

Adaptasi layar lebar Home Sweet Loan sendiri menyoroti kejadian sandwich generation, di mana sang tokoh utama, Kaluna menjadi representasi dari generasi yang mesti berjuang keras untuk mengatasi tekanan finansial.

Tema ini menjadi resonansi bagi banyak orang, terutama mereka yang tengah mengalami tantangan serupa dalam kehidupan nyata.

"Adaptasi movie ini berasal dari novel karya Almira Bastari, yang sebelumnya telah mendapat banyak perhatian dari pembaca, terutama di kalangan Gen Z yang tengah berjuang untuk memperkuat hidup di tengah realitas sosial dan ekonomi saat ini," ujar Cristian Imanuell, dari Visinema.

Novel ini menyajikan narasi yang kuat mengenai perjuangan finansial dan dinamika kehidupan modern yang sekarang kami coba hidupkan kembali dengan medium movie dan panggung, tambahnya.

"Bersama Galeri Indonesia Kaya kami membujuk Jakarta Art House untuk terlibat dalam pementasan panggung ini. Semoga mampuditerima oleh penikmat seni dan memberikan rasa baru terhadap cerita Home Loan,” jelas Cristian Imanuell.