Trending

Menjaga Produksi Pangan Dengan Penuh Kesungguhan - Beritaja

Sedang Trending 3 minggu yang lalu
Tidak ada pangan, tidak ada kehidupan. Tanpa pangan, negaramampu bubar

Jakarta (BERITAJA) - Menarik apa yang disampaikan Menteri Pertanian Amran Sulaiman belum lama ini. Tidak ada pangan, tidak ada kehidupan. Tanpa pangan, negaramampu bubar.

Itu sebabnya, sangat krusial untuk menjaga ketahanan pangan dengan penuh kesungguhan. Pernyataan ini mengingatkan kembali pada sungguh strategisnya peran pangan dalam menjaga stabilitas bangsa.

Pangan adalah kebutuhan dasar yang tidakmampu ditawar-tawar. Dalam sejpetunjuk, ketahanan pangan selalu menjadi aspek kunci dalam menjaga keutuhan sebuah negara.

Bangsa yangmampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri bakal lebih kuat dan mandiri, sementara negara yang berjuntai pada impor bakal selalu berada dalam posisi rentan.

Maka swasembada pangan mesti diwujudkan secepat-cepatnya, sesuai perintah Presiden Prabowo Subianto.

Tidak boleh ada penundaan, karena ketahanan pangan adalah fondasi dari ketahanan nasional. Swasembada pangan bukan hanya persoalan ekonomi alias pertanian semata, tetapi juga menyangkut kedaulatan dan nilai diri bangsa.

Secara substantif, apa yang disampaikan Mentan Amran tidak jauh berbeda dengan apa yang diingatkan Proklamator Bung Karno sekitar 73 tahun lampau di Kampus Universitas Indonesia, Baranangsiang, Bogor, Jawa Barat.

Saat itu, Bung Karno menegaskan bahwa urusan pangan menyangkut meninggal dan hidupnya suatu bangsa.

Matinya bangsa dan bubarnya negara, tidak boleh terjadi di negeri ini. Oleh lantaran itu, setiap pemerintahan yang berkuasa mesti menjadikan ketahanan pangan sebagai prioritas utama.

Pangan bukan sekadar bahan konsumsi, tetapi juga komponen strategis yang menentukan keberlanjutan negara.

Itu sebabnya, menjadi sangat masuk logika jika salah satu program prioritas Presiden Prabowo dalam memimpin bangsa dan negara ini adalah mencapai swasembada pangan, energi, dan air.

Ketiga komponen ini saling berangkaian dan menjadi dasar bagi kemajuan suatu negara. Pangan yang cukup, daya yang mandiri, dan kesiapan air yang terjaga bakal menjadi agunan bagi stabilitas nasional.

Khusus untuk swasembada pangan, perihal ini dapat dipahami mengingat swasembada pangan merupakan syarat absolut terwujudnya ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan.

Negara yang tidakmampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri bakal terus berjuntai pada impor, yang pada gilirannya bakal melemahkan daya saing dan ketahanan nasional.

Dari sekian banyak komoditas pangan, beras dianggap mempunyai nilai tersendiri dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Beras diposisikan sebagai komoditas politis dan strategis. Tidak heran jika setiap kali nilai beras naik alias stok beras menipis, keresahan di masyarakat langsung meningkat.

Beras merupakan sumber kehidupan sebagian besar penduduk bangsa, sekaligus juga menjadi sumber penghidupan masyarakat.

Jutaan petani menggantungkan hidupnya pada produksi beras. Oleh lantaran itu, kebijakan yang berangkaian dengan beras mesti betul-betul matang dan berpihak kepada kepentingan nasional.

Dalam beberapa tahun terakhir, terlebih setelah didera pandemi COVID-19, banyak bangsa dan negara di bumi yang dihantui oleh terjadinya krisis pangan dunia. Gangguan rantai pasok, perubahan iklim, dan ketidakpastian geopolitik semakin memperburuk situasi.

Badan Pangan Dunia (FAO) sering mengingatkan agar kita jangan pernah sekalipun bermain-main dengan kebijakan pangan. Sekali saja kita keliru, maka bakal melahirkan musibah bagi generasi mendatang.

Ketahanan pangan tidakmampu dikelola dengan kebijakan yang reaktif alias sekadar solusi jangka pendek, melainkan mesti berbasis pada perencanaan yang matang dan berkelanjutan.

Dalam bumi pangan, istilah swasembada pangan adalah lagu lama. Hebatnya, walaupun tergolong lagu lama, tetapi jika sekarang diputar ulang, tetap terdengar merdu.

Itu sebabnya, pendapat swasembada pangan kembali menjadi rumor sentral yang tidak boleh lagi sekadar menjadi wacana, melainkan mesti segera diwujudkan.

Dalam Kampanye Pemilihan Presiden 2024, pasangan Prabowo-Gibran menyusun 17 program prioritas yang bakal diimplementasikan jika diberi amanah rakyat untuk mengelola negara dan bangsa ini. Salah satu yang paling utama adalah swasembada pangan.

Program prioritas mencapai swasembada pangan dalam suasana kekinian lebih pas disebut sebagai "bahasa politik" daripada sebagai "bahasa pembangunan".

Namun, bahasa politik mesti segera diterjemahkan ke dalam tindakan nyata. Tidak cukup hanya dengan retorika, tetapi mesti ada langkah konkret untuk meningkatkan produksi pangan secara signifikan.

Pangan memang bukan hanya beras. Jagung, kedelai, daging, gula, bawang, dan lain sebagainya merupakan sederet bahan pangan strategis yang nyata-nyata dibutuhkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Namun, beras tetap menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas pangan nasional.


Darurat Beras

Sejak akhir tahun 2023, bangsa ini dihadapkan pada suasana "darurat beras". Turunnya produksi beras yang dihasilkan para petani dalam negeri, naiknya nilai beras di pasaran, serta fantastisnya nomor impor beras yang direncanakan pemerintah.

Hal ini tentu saja membikin bumi perberasan secara nasional mengalami masalah yang rumit untuk dicarikan jalan keluarnya.

Dalam pandangan yang lebih luas, UU Pangan mengamanatkan agar Ketahanan, Kemandirian, dan Kedaulatan Pangan krusial untuk diwujudkan.

Namun, jangan pernah dilupakan bahwa kondisi tersebut hanyamampu dicapai jika bangsa inimampu terlebih dulu mewujudkan swasembada pangan.

Cukup logis kenapa Presiden Prabowo menjadikan swasembada pangan sebagai salah satu program prioritas dalam melakoni lima tahun pemerintahannya.

Presiden Prabowo tahu persis bahwa swasembada pangan merupakan syarat absolut bagi ketahanan nasional. Oleh lantaran itu, tidak ada pilihan lain selain mewujudkannya.

Akhirnya, krusial untuk diingat, kata kunci tercapainya swasembada pangan adalah menghasilkan pangan berlimpah yang dicapai melalui upaya menggenjot produksi setinggi-tingginya.

Produksi pangan yang cukup bakal menjadi tembok utama dalam menjaga kedaulatan pangan.

Pemerintah sendiri telah memberi kehormatan dan tanggung jawab penuh kepada Kementerian Pertanian sebagai leading sector dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas pangan.

Tugas ini tidak ringan, tetapi mesti dijalankan dengan kesungguhan dan strategi yang tepat.

Tanpa produksi yang berlimpah, swasembada hanya omon-omon saja. Tiga tahun ke depan bukan waktu yang lama.

Ini saatnya untuk bekerja keras, bukan hanya dalam corak kebijakan, tetapi juga dalam penerapan nyata di lapangan.

Tidak boleh ada keraguan, tidak boleh ada penundaan. Singsingkan lengan baju, langkahkan kaki, dan bersama-sama menuju swasembada pangan dengan penuh optimisme.

*) Penulis adalah Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat.

Baca juga: Mentan ajak petani jagung semangat menanam dukung swasembada pangan

Copyright © BERITAJA 2025



Atribusi: AntaraNews.com




Silakan baca konten menarik lainnya dari Beritaja.com di Google News dan Whatsapp Channel!