Jakarta (BERITAJA.COM) - Sejumlah media massa di Rotterdam, Belanda, sempat mengagumi bumi sinema Indonesia dan membikin ulasan mendalam tentang kebangkitan movie Indonesia lewat terpilihnya tujuh movie karya anak bangsa dalam gelaran bergengsi International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2023.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid, nan turut datang dalam gelaran IFFR 2023 beberapa waktu lalu.
"Uniknya, media di sana menulis panjang tentang movie kita nan menurut mereka temanya sangat luar biasa. Mereka kaget, kok orang-orang di Indonesia bisa mengeksplorasi tema-tema nan berangkaian dengan keragaman, identitas, seksualitas, dan lainnya? Respons saya, ya kalian saja nan telat tahu," tawa Hilmar saat ditemui BERITAJA.COM di sela pembukaan pameran seni kontemporer di Jakarta, Jumat (3/3).
Berita lain dengan Judul: Karya dokumenter wartawan Aceh masuk nominasi pagelaran movie dunia
Hilmar menjelaskan, media massa di Belanda cukup kagum sekaligus terkejut dengan keahlian para sineas Indonesia dalam mengeksplorasi sejumlah tema utamanya nan berangkaian dengan kemanusiaan dan keberagaman.
"Saya jelaskan kepada mereka bahwa sebenarnya Indonesia sudah lama mengeksplorasi tema-tema semacam itu. Karenanya ketika ada banyak movie kita nan tembus pagelaran movie bergengsi, perihal itu adalah akibat logis dari capaian teman-teman movie selama ini," jelasnya.
Tujuh movie nan menorehkan prestasi tampil pada IFFR 2023 adalah "Like and Share" (Gina S. Noer), "Sri Asih" (Joko Anwar), "Deadly Love Poem" (Garin Nugroho), "Mayday! May Day! Mayday!" (Yonri Revolt), "The Myriad of Faces of The Future Challengers" (Yuki Aditya dan I Gde Mika), dan "Evacuation of Mama Enola" (Anggun Priambodo), serta "Marsiti dan Sapi Sapi" (Wisnu Surya Pratama).
Berita lain dengan Judul: Kemendikbud penghargaan karya wartawan RI masuk Cannes Film Festival
"Luar biasa sekali ya karya teman-teman saat ini, datang di banyak pagelaran internasional berkualitas. Saya memandang perihal ini memang lantaran ada peningkatan kualitas terutama sineas muda nan bikin movie pendek alias animasi dengan ragam nan sangat banyak," papar Hilmar.
Para sineas Indonesia mendapatkan posisi spesial dalam gelaran nan dimulai sejak tahun 1972 tersebut lantaran menyumbang movie terbanyak dibandingkan dengan partisipan dari negara-negara lain.
Berita lain dengan Judul: Sandiaga dukung arena pagelaran sinema Australia di 7 kota Indonesia
COPYRIGHT © BERITAJA.COM 2023