Jakarta (BERITAJA) - Mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O. Blake Jr. beranggapan konsentrasi Presiden AS Donald Trump untuk pemerintahan barunya adalah menyelesaikan bentrok yang terjadi di Ukraina dan Timur Tengah.
"Jadi, saya pikir Presiden bakal konsentrasi pada beberapa hal. Pertama adalah tentang upayanya menyelesaikan bentrok yang terjadi di Ukraina dan Timur Tengah," kata Blake dalam Sesi Panel Konferensi Kebijakan Luar Negeri Indonesia (CIFP) yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Sabtu.
Blake menilai upaya AS untuk menyelesaikan konflik-konflik tersebut dilakukan sehingga ASmampu konsentrasi pada ancaman terbesarnya saat ini, ialah China.
Terkait bentrok Ukraina, dia menilai pemerintahan Trump bakal berupaya mencarikan solusi awal, ialah solusi yang dinegosiasikan untuk situasi di Ukraina.
Selain solusi awal, poin krusial lain dari upaya AS untuk membantu menyelesaikan bentrok Ukraina dan Rusia adalah agar Ukraina memperoleh agunan keamanan dari Barat, selain keanggotaan di NATO.
Selanjutnya di Timur Tengah, Blake juga mengatakan bahwa Trump terus berupaya menghentikan perang di Gaza, yang telah berjalan lebih dari satu tahun, sejak Oktober 2023.
"Anda sudah memandang gencatan senjata yang telah diatur antara Lebanon dan Israel. Itu tetap rapuh, tetapi krusial dan merupakan sesuatu yang perlu dibangun," katanya.
"Saya pikir Trump bakal sangat memperhatikan Netanyahu. Dan demikian pula Netanyahu, saya pikir, bakal lebih akomodatif terhadap kepentingan Trump dibandingkan kepentingan Presiden Biden," tambah dia.
Terkait kekhawatiran bumi atas kemungkinan Israel mau menganeksasi Tepi Barat, dia mengatakan bahwa perihal itu tampaknya tidak bakal terjadi, tapi PM Netanyahu tampaknya bakal terus memperluas permukiman di wilayah pendudukan tersebut.
Sementara itu, dia juga menilai bahwa Trump bakal berupaya meningkatkan hubungan dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
"Jadi, dia tidak bakal bertindak terlalu jauh, lantaran tujuan utamanya adalah memperluas Perjanjian Abraham yang cukup sukses pada masa kedudukan pertamanya," kata Blake, merujuk pada perjanjian normalisasi hubungan antara Israel, Uni Emirat Arab dan Bahrain.
Baca juga: Trump tunjuk utusan unik untuk bentrok Rusia-Ukraina
Baca juga: Zelenskyy sebut Ukraina bakal kalah jika AS hentikan support militer
Baca juga: Rusia tunggu usulan Trump yang berjanji akhiri bentrok di Ukraina
Editor: Mahfud
Copyright © BERITAJA 2024