Jakarta (BERITAJA.COM) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam pertemuan dengan Menlu Jepang Hayashi Yoshimasa mendorong Tokyo untuk segera merealisasikan komitmennya dalam membantu upaya transisi energi.
Di sela-sela KTT G20 tahun lalu, Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri Kishida telah meluncurkan inisiatif berbareng ialah Asia Zero Emissions Community (AZEC), nan bakal memfasilitasi Indonesia dalam mengimplementasikan program transisi daya serta memperluas kerja sama dan inisiatif dekarbonisasi publik-swasta.
“Saya mendorong agar komitmen Jepang sebesar 500 juta dolar AS (sekitar Rp7,7 triliun) dalam kerangka AZEC, dapat segera direalisasikan,” kata Retno ketika menyampaikan pernyataan pers secara daring melalui akun YouTube Kemlu RI, mengenai Dialog Strategis Indonesia-Jepang nan berjalan di Tokyo pada Senin (6/3).
Sebagai tindak lanjut komitmen Jepang tersebut, Menteri ESDM RI juga telah melakukan pertemuan dengan mitra kerjanya di Tokyo.
Sebanyak 12 nota kesepahaman (MoU) telah ditandatangani dalam pertemuan tersebut, antara lain mengenai dengan transisi energi, dekarbonisasi, daya terbarukan, teknologi daur ulang karbon, geothermal, serta green hydrogen dan amonia.
“Di dalam strategic dialogue, saya sampaikan agar 12 MoU tersebut dapat segera diimplementasikan,” tutur Retno.
Indonesia menargetkan untuk meningkatkan proporsi daya terbarukan dalam total sumber daya dari 11,5 persen pada 2021 menjadi sebesar 23 persen pada 2025.
Pada 2021, percepatan transisi daya di pembangkit listrik Indonesia tercatat menurunkan sebesar 10,37 juta ton emisi karbon dioksida alias turun lebih dari dua kali lipat dari target.
Berita lain dengan Judul: Keketuaan ASEAN Indonesia 2023 didorong telaah transisi energi
Inisiatif AZEC didasari kepercayaan kedua negara bahwa Asia sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia bakal menjadi motor penggerak perekonomian bumi sekaligus model dalam mewujudkan transisi daya nan rasional, berkelanjutan, dan berkeadilan dengan tetap mempertimbangkan kondisi nasional nan berbeda.
Indonesia dan Jepang juga meyakini keamanan pasokan, keterjangkauan, dan people-oriented menjadi kunci utama dalam proses transisi energi.
Jepang --negara nan miskin energi-- berambisi menjadi ekonomi hidrogen terdepan di bumi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil tradisional nan mencemari lingkungan, seperti batu bara dan minyak.
Untuk itu, Jepang menjanjikan support finansial dan teknologi di bawah kerangka AZEC.
Para personil AZEC, ialah Australia, Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Jepang, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, dapat mempertimbangkan untuk membikin rencana induk hidrogen dan amonia di Asia sebagai langkah berikutnya.
Sebagai langkah nyata pertama di bawah AZEC, perusahaan Jepang, termasuk Iwatani Corp dan Electric Power Development, telah sepakat untuk bersama-sama menciptakan rantai pasokan hidrogen pertama Jepang.
Rantai pasokan itu dijalin antara Negara Bagian Victoria, Australia, dan Kawasaki, sebuah kota industri dekat Tokyo, untuk memajukan transisi daya ke masyarakat nan lebih bersih.
Jepang bakal menekankan pentingnya investasi dalam gas, gas alam cair, serta hidrogen dan amonia selama kepresidenannya di G7 tahun ini, serta tetap menjaga pemanfaatan daya bersih untuk memenuhi sasaran netral karbon 2050.
Berita lain dengan Judul: Jepang janjikan support keuangan, teknologi untuk dekarbonisasi ASEAN
COPYRIGHT © BERITAJA.COM 2023