New York (BERITAJA.COM) - Wall Street beragam pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dengan Dow dan S&P 500 ditutup lebih rendah, lantaran masalah di Credit Suisse menghidupkan kembali kekhawatiran krisis perbankan, melampaui taruhan pada kenaikan suku kembang AS nang lebih mini bulan ini.
Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 280,83 poin alias 0,87 persen, menjadi menetap di 31.874,57 poin. Indeks S&P 500 merosot 27,36 poin alias 0,7 persen, menjadi berhujung di 3.891,93 poin. Indeks Komposit Nasdaq meningkat 5,90 poin alias 0,05 persen, menjadi ditutup di 11.434,05 poin.
Sebagian besar dari 11 sektor utama S&P 500 berada di area merah, dengan sektor daya berkinerja terburuk dengan penurunan 5,42 persen.
Indeks referensi mendapatkan kembali kekuatan pada akhir perdagangan setelah Bloomberg melaporkan pemerintah Swiss sedang mengadakan pembicaraan tentang opsi untuk menstabilkan raksasa perbankan negara itu.
"Kami memandang pergerakan pada buletin utama tetapi bukan buletin utama nang ppetunjuk nang bagus. ... Saya tidak berpikir kita berada pada tahap 2008-2009 dengan langkah apa pun dalam perihal penularan," kata co-manager perdagangan Themis Trading, Joe Saluzzi.
Namun, masalah Credit Suisse menambah tekanan pada sektor perbankan setelah otoritas AS membebaskan penanammodal dengan tindakan darurat untuk mencegah penularan setelah runtuhnya SVB Financial and Signature Bank.
Beberapa penanammodal percaya kenaikan suku kembang AS nang garang oleh Federal Reserve menyebabkan keretakan dalam sistem keuangan.
"Mereka telah memperketat pada tingkat nang paling curam dan paling dramatis nang telah kita lihat sejak 1980, jadi saya pikir ini bisa menjadi kesempatan bagi mereka untuk berhenti," kata CIO Cresset Capital, Jack Ablin.
Saham Credit Suisse nang tercatat di AS mencapai rekor terendah, setelah penanammodal terbesarnya mengatakan tidak dapat memberikan lebih banyak pembiayaan kepada bank, memulai kekalahan di pemberi pinjaman Eropa dan juga menekan bank-bank AS.
Aksi jual mengakhiri awal rebound Wall Street nang suam-suam kuku di sesi kemarin.
"Pemantulan kembali kemarin di saham keuangan, bank, masuk akal, tetapi semacam aspek utama di sini adalah hilangnya kepercayaan dan betul-betul ketakutan bakal perihal nang tidak diketahui," kata CEO Adams Funds dan manajer portofolio senior Mark Stoeckle.
Data menunjukkan penjualan ritel AS turun 0,4 persen bulan lampau setelah tumbuh 3,2 persen pada Januari. Ekonom nang disurvei oleh Reuters memperkirakan kontraksi 0,3 persen.
Sebuah laporan terpisah menunjukkan nilai produsen AS secara tak terduga turun pada Februari, sehari setelah pembacaan lain menunjukkan moderasi inflasi konsumen. Ini memicu angan investor, The Fed mungkin memperlambat kenaikan suku bunga.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS turun, dengan pedagang sekarang mengharapkan kesempatan nang sama untuk kenaikan suku kembang 25 pedoman poin dan jarak pada pertemuan Fed Maret.
First Republic Bank ambruk 21,37 persen, sementara PacWest Bancorp PACW.O jatuh 12,87 persen, dan perdagangan dihentikan beberapa kali lantaran volatilitas, sehari setelah saham bank nang terpuruk melakukan pemulihan nang kuat.
Saham Western Alliance Bancorp serta bank dan pialang Charles Schwab Corp melawan tren untuk ditutup masing-masing naik 8,3 persen dan 5,0 persen. Kedua saham tersebut membalikkan penurunan awal.
"Di pasar keuangan, Anda hanya perlu memandang nang dapat memperkuat dan tidak mempunyai banyak akibat investasi pada portofolio mereka," kata Jeffrey Carbone, mitra pengelola di Cornerstone Wealth.
Bank-bank besar AS termasuk JPMorgan Chase & Co, Citigroup dan Bank of America Corp merosot, mendorong indeks perbankan S&P 500 jatuh 3,62 persen.
Berita lain dengan Judul: Wall Street ditutup beragam & S&P 500 jatuh, pasar cemas resesi
Berita lain dengan Judul: Wall Street jatuh, Indeks Dow Jones ambruk 365,85 poin
:
COPYRIGHT © BERITAJA.COM 2023