Trending

Enam Mitos Tentang Penyakit Tbc - Beritaja

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

Jakarta (BERITAJA) - Meski info mengenai tuberkulosis alias TBC semakin mudah diakses, tetap banyak mitos keliru yang beredar di masyarakat.

Kesalahpahaman ini sering mengakibatkan orang salah mengerti mengenai langkah penularan, proses pengobatan, hingga siapa saja yang berisiko terinfeksi. Akibatnya, banyak orang menjadi terlalu takut alias justru meremehkan penyakit ini.

Mitos yang salah kaprah ini juga memicu stigma negatif terhadap penderita TBC. Beberapa orang percaya bahwa TBC hanya menyerang golongan tertentu alias tidak dapat disembuhkan, padahal pengobatan yang tepat memungkinkan pasien pulih sepenuhnya. Memahami kebenaran di kembali mitos-mitos ini krusial untuk mencegah penyebaran info yang salah dan menciptakan lingkungan yang lebih peduli dan suportif.

Lalu, apa saja mitos keliru tentang TBC yang tetap dipercaya banyak orang beserta kebenaran yang betul berikut penjelasannya

1. Mitos: TBC hanya menyerang orang miskin alias yang kurang gizi

Fakta:
TBC tidak memandang status sosial alias kondisi ekonomi. Siapa saja mampu terinfeksi jika terpapar kuman Mycobacterium tuberculosis di lingkungan yang padat alias mempunyai ventilasi buruk. Meskipun malnutrisi dapat melemahkan sistem imun dan meningkatkan akibat infeksi, orang dengan style hidup sehat pun tetap berisiko tertular jika berada di lingkungan yang terkontaminasi kuman dalam waktu lama.

2. Mitos: TBC menular lewat kontak bentuk alias berbagi peralatan makan

Fakta:
TBC tidak menyebar dengan kontak bentuk seperti bersalaman alias berbagi perangkat makan. Penularannya terjadi dengan udara ketika penderita TBC aktif batuk, bersin, alias berbincang tanpa menutup mulut. Oleh lantaran itu, krusial bagi pasien TBC menggunakan masker dan menjaga etika batuk untuk mencegah penyebaran kuman kepada orang lain.

3. Mitos: Jika indikasi membaik, pengobatan mampu dihentikan

Fakta:
Merasa lebih baik bukan berfaedah kuman TBC sudah hilang. Pengobatan TBC mesti diselesaikan sesuai rekomendasi dokter, biasanya selama minimal enam bulan. Menghentikan pengobatan lebih awal dapat menyebabkan kuman menjadi kebal terhadap obat (resistensi), sehingga pengobatan menjadi lebih susah dan memerlukan waktu lebih lama.

4. Mitos: TBC adalah penyakit keturunan

Fakta:
TBC bukan penyakit yang diwariskan dari orang tua ke anak. Mitos ini mungkin muncul lantaran personil family yang tinggal serumah sering kali tertular satu sama lain. Penularan terjadi lantaran kedekatan bentuk yang memungkinkan kuman menyebar dengan udara. Meskipun ada bukti bahwa aspek genetik dapat mempengaruhi apakah seseorang dengan jangkitan laten bakal berkembang menjadi TBC aktif, kuman tetap menjadi penyebab utama penyakit ini.

5. Mitos: Vaksin BCG dapat mencegah TBC sepenuhnya

Fakta:
Vaksin BCG memberikan perlindungan terhadap corak TBC berat pada anak-anak, seperti TBC meningitis. Namun, vaksin ini tidak memberikan perlindungan penuh terhadap TBC paru pada orang dewasa. Karena itu, tetap krusial menjaga pola hidup sehat dan waspada terhadap indikasi TBC untuk mencegah penyebaran penyakit.

6. Mitos: TBC adalah penyakit masa lampau yang sudah tidak perlu dikhawatirkan

Fakta:
TBC tetap menjadi ancaman kesehatan dunia hingga saat ini. Menurut info Kementerian Kesehatan, Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah kasus TBC tertinggi di dunia, mencapai sekitar satu juta kasus per tahun. Penyakit ini tetap memerlukan perhatian serius untuk dikendalikan dan dicegah penyebarannya.

Baca juga: RI optimalkan skrining TBC di lapas atasi tingginya penularan

Baca juga: Wamenkes: Penyebaran TBC di Lapas miliki akibat 10 kali lebih tinggi

Baca juga: Pemberian makanan tambahan dari Bukit Asam: Demi anak sehat dan masa depan cerah


Editor: Hany
Copyright © BERITAJA 2025




anda berada diakhir artikel berita dengan judul:

"Enam Mitos Tentang Penyakit Tbc - Beritaja"






Silakan baca konten menarik lainnya dari Beritaja.com di Google News dan Whatsapp Channel!