Jakarta (BERITAJA) - Singapura mengumumkan bakal menambah kuota impor listrik rendah karbon dari Indonesia dari semula 2 gigawatt (GW) menjadi 3,4 GW guna mendukung kebutuhan daya terbarukan pada masa mendatang.
Menteri Ketenagakerjaan dan Menteri Kedua Perdagangan dan Industri Singapura, Tan See Leng, dalam aktivitas Indonesia International Sustainability Forum 2024 di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa Singapura sebelumnya telah memberikan persetujuan bersyarat (conditional approval) kepada lima perusahaan Indonesia untuk mengimpor listrik rendah karbon sebesar 2 GW.
Baca juga: Menko Marves pastikan Indonesia siap ekspor listrik EBT ke Singapura
Lima perusahaan tersebut adalah Pacific Medco Solar Energy Power with Consortium Partners, Adaro Green, PacificLight Power Pte Ltd dan Gallant Venture Ltd, Salim Group, dan TBS Energi Utama.
Namun, seiring dengan penambahan sasaran impor listrik Singapura dari 4 GW menjadi 6 GW pada 2035 maka pemerintah Singapura memberikan izin tambahan untuk dua proyek lagi, masing-masing dari Total Energies RGE dan Shell Vena Energy.
“Kedua proyek ini bakal mengekspor 1,4 GW listrik rendah karbon tambahan dari Indonesia ke Singapura,” kata Tan.
Pada 2023, Indonesia dan Singapura telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) mengenai pengembangan industri manufaktur daya terbarukan, seperti produksi panel surya dan sistem penyimpanan daya baterai (BESS) untuk perdagangan listrik lintas batas.
Tan mengatakan bahwa impor listrik dari negara tetangga sekarang menjadi kunci bagi Singapura untuk mengurangi emisi karbon dan mencapai sasaran netral karbon pada tahun 2050.
Baca juga: Kemarin ekonomi, ojol diatur UU sampai ekspor listrik ke Singapura
Selain itu, dia menilai, kerja sama perdagangan listrik antara Indonesia dan Singapura bakal membawa untung bagi kedua negara. Selain memasok listrik ke Singapura, proyek ini diyakini dapat mendorong pertumbuhan industri daya terbarukan di Indonesia, seperti produksi baterai dan panel surya.
“Pendapatan dari ekspor listrik dapat digunakan untuk mempercepat proyek-proyek daya terbarukan di Indonesia guna mempercepat dekarbonisasi Indonesia,” ucap Tan.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator bagian Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa kemitraan ini sangat menguntungkan bagi kedua negara. Bagi Singapura, mereka bakal mendapatkan pasokan listrik bersih yang stabil dari Indonesia melalui panel surya dan baterai yang diproduksi di Indonesia.
Sementara itu, Indonesia bakal semakin kuat di pasar daya dunia dengan memanfaatkan potensi sumber daya alamnya, terutama silika yang melimpah untuk membikin panel surya.
“Jadi, kita mesti membangun industri panel surya lantaran kita mesti mengekspor daya hijau ke Singapura. Jadi, saya pikir ini menguntungkan kedua negara,” ujar Luhut.
Lima perusahaan yang telah mendapatkan persetujuan bersyarat untuk melakukan ekspor listrik diperkirakan bakal mengawali proses transmisi listrik ke Singapura pada 2028. Sementara dua lainnya bakal mulai pada 2030.
Baca juga: Ekspor listrik ke Singapura jadi salah satu pembahasan dalam gelaran ISF
Editor: Mahfud
Copyright © BERITAJA 2024