New York (BERITAJA.COM) - Dolar melemah pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah info tenaga kerja AS untuk Februari menunjukkan pertumbuhan bayaran lebih lambat, mengindikasikan pelonggaran tekanan inflasi dapat menjaga kecepatan kenaikan suku kembang Federal Reserve sehingga mengurangi daya tarik greenback.
Perekonomian AS menambahkan pekerjaan dengan sigap pada Februari, tetapi pertumbuhan bayaran nan lebih lambat dan kenaikan tingkat pengangguran mendorong pasar finansial untuk memutar kembali angan untuk kenaikan suku kembang 50 pedoman poin ketika kreator kebijakan Fed berjumpa dalam dua minggu.
Kesaksian di Kongres awal pekan ini oleh Ketua Fed Jerome Powell dipandang sebagai hawkish dan memperkuat dolar lantaran pemerintah bayar lebih banyak imbal hasil daripada utang pemerintah lainnya.
Dolar meluncur terhadap semua mata duit utama, tetapi pada dasarnya datar terhadap dolar Kanada. Indeks dolar, nan mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata duit utama lainnya, turun 0,618 persen.
Menambah penurunan imbal hasil obligasi pemerintah adalah penutupan SVB Financial Group, kegagalan bank terbesar sejak krisis keuangan, lantaran regulator California bergerak sigap untuk melindungi deposan di pemberi pinjaman nan berfokus pada startup.
Imbal hasil referensi obligasi pemerintah AS 10-tahun turun lebih dari 22 pedoman poin menjadi di bawah 3,70 persen dalam penurunan satu hari terbesar dalam empat bulan. Imbal hasil obligasi bergerak berlawanan dengan harganya.
"Menurut pendapat saya, ada tawaran safe-haven yang signifikan sedang terjadi," kata Kevin Flanagan, kepala strategi pendapatan tetap di WisdomTree. "Ada kekhawatiran tentang potensi tekanan perbankan."
Penghasilan per jam rata-rata untuk semua pekerja swasta naik 0,2 persen dibandingkan 0,3 persen pada Januari, dan mengangkat nomor tahun ke tahun menjadi 4,6 persen. Para ahli ekonomi memperkirakan pendapatan per jam naik 0,3 persen pada Februari, nan bakal meningkatkan bayaran sebesar 4,7 persen per tahun.
Dolar mungkin di kisaran ketat lantaran melambatnya inflasi ke sasaran Fed sebesar 2,0 persen kemungkinan bakal bergelombang, kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Convera di Washington.
"Ketika pasar merevisi ekspektasi untuk puncak suku bunga, kita memandang dolar naik dua langkah. Tapi begitu turun cepat, kita memandang dolar mengambil langkah mundur," kata Manimbo.
"Pasar sudah mengantisipasi bahwa Fed bakal berakhir (menaikkan suku bung)tahun ini, tetapi kapan persisnya tidak diketahui."
Pasar berjangka untuk biaya fed memangkas kesempatan jadi 41 persen untuk kenaikan 50 pedoman poin ketika kreator kebijakan Fed berjumpa pada 22 Maret, dibandingkan dengan probabilitas 71,6 persen seminggu nan lalu, menurut Alat FedWatch CME.
Pasar mendahului prospek kenaikan 50 pedoman poin pada pertemuan Fed berikutnya, kata Dec Mullarkey, kepala pelaksana strategi investasi dan letak aset di SLC Management di Boston.
"Kenaikan suku kembang 25 pedoman poin pada titik ini lebih masuk logika lantaran memungkinkan Fed untuk terus memperketat tetapi memperpanjang periode di mana mereka melakukannya untuk memungkinkan info mengejar ketinggalan," katanya.
Euro naik 0,57 persen menjadi 1,064 dolar dan sterling diperdagangkan naik 0,83 persen pada 1,2024 dolar,
Indeks nilai konsumen (IHK) "cukup penting" nan dijadwalkan untuk dirilis pada 14 Maret sekarang berada di depan dan tengah, kata Andrzej Skiba, kepala tim pendapatan tetap BlueBay U.S di RBC Global Asset Management di New York.
"Fokus sekarang beranjak ke info IHK dan kondisi finansial secara keseluruhan mengingat apa nan terjadi di ruang perbankan di AS," katanya.
Yen Jepang menguat 1,01 persen menjadi 134,79 per dolar.
Dolar sebelumnya melonjak terhadap yen dalam aktivitas spontan setelah bank sentral Jepang (BoJ) mempertahankan kebijakan tidak berubah dalam pertemuan terakhir Gubernur Haruhiko Kuroda sebelum dia mundur pada April.
:
COPYRIGHT © BERITAJA.COM 2023