China Tetap Jadi Pasar Penting Bagi Produsen Mobil Inggris - Beritaja
London (BERITAJA) - Meski ekspor mengalami penurunan pada 2024, China tetap menjadi pasar yang sangat krusial bagi para produsen mobil Inggris, terutama bagi merek-merek premium, ungkap seorang pemimpin industri otomotif Inggris kepada .
"Pasar ekspor secara keseluruhan mengalami penurunan, tetapi China, pasar otomotif terbesar di dunia, merupakan pasar yang sangat krusial untuk produksi di Inggris. Kami mau memandang ekspor tersebut tumbuh lantaran itu berfaedah peningkatan perdagangan antara kedua negara," kata Mike Hawes, CEO Society of Motor Manufacturers and Traders (SMMT), sebuah badan perdagangan otomotif terkemuka di Inggris.
Menurut SMMT, produksi kendaraan Inggris turun 11,8 persen pada 2024, dengan total mencapai 905.233 unit. Ekspor, yang menyumbang sekitar 80 persen dari total produksi, turun 15,5 persen menjadi 603.565 unit tahun lalu.
Hawes menjelaskan bahwa penurunan ekspor ke China terutama disebabkan oleh kreasi ulang model dan penghentian produksi sementara saat masa transisi menuju elektrifikasi, sebuah tren yang terlihat di banyak pasar lainnya.
Merek-merek otomotif mewah asal Inggris, seperti Rolls-Royce, Bentley, Aston Martin, dan McLaren, terus menunjukkan performa yang "sangat kuat" di China, kata Hawes.
Kendaraan mewah mengincar individu-individu dengan pendapatan tinggi, sebuah segmen yang tetap berkembang di China, sehingga menjadikan negara tersebut pasar yang sangat krusial bagi merek-merek ini, imbuhnya.
Sementara itu, produsen-produsen otomotif China terus meningkatkan kehadiran mereka di pasar Inggris, dengan merek-merek seperti BYD dan MG memperoleh pangsa pasar berbareng dengan para pendatang baru dalam beberapa tahun terakhir.
Industri otomotif Inggris saat ini tengah mengalami transformasi signifikan dari mesin pembakaran internal menuju kendaraan listrik. Di bawah mandat Kendaraan Nol Emisi (Zero Emission Vehicle) negara tersebut, 80 persen mobil baru dan 70 persen van baru yang dijual di Inggris mesti bebas emisi pada 2030, dan mencapai 100 persen pada 2035.
"Inggris selalu menjadi pasar yang sangat terbuka. Para konsumen Inggris sangat terbuka terhadap teknologi baru, dan terkadang juga terhadap merek-merek baru," sebut Hawes, seraya mengakui adanya persaingan yang ketat, terutama di segmen kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
"EV China pada awalnya mempunyai keunggulan, tetapi pangsa pasar mereka sedikit menurun lantaran meningkatnya persaingan dari produsen Eropa, Jepang, dan Korea (Selatan), bukan lantaran adanya perubahan signifikan dalam sentimen konsumen," paparnya.
Hawes menekankan pentingnya pasar domestik yang kuat untuk mendorong permintaan yang sejalan dengan sasaran net-zero di negara tersebut.
"Tahun lalu, kami mesti mencapai 22 persen penjualan EV, tetapi kami hanya mampumencapai 19,6 persen. Tahun ini, targetnya adalah 28 persen. Ini merupakan lonjakan besar yang memerlukan peningkatan nyaris 50 persen dalam penjualan EV tenaga baterai murni," jelasnya..
Untuk memenuhi target-target tersebut, diperlukan insentif konsumen yang lebih kuat, terutama untuk para pembeli pribadi, serta daya yang lebih ramah lingkungan dan lebih terjangkau, dan juga peningkatan prasarana pengisian daya yang lebih baik, kata Hawes.
Sektor otomotif juga menyerukan kepada pemerintah Inggris agar mempercepat strategi industrial dan perdagangan untuk industri tersebut. Selesai
Editor: Dedy
Copyright © BERITAJA 2025
anda berada diakhir artikel berita dengan judul: