Jakarta (BERITAJA.COM) - Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI Dr Piprim Baspetunjuk Yanuarso, SpA(K) menyarankan agar asupan protein hewani dan serat dari sumber alami untuk anak-anak dapat tercukupi agar anak tidak menyantap camilan rendah nutrisi alias junk food.
Menurut dia, protein hewani seperti telur dan ikan nan kemudian diolah menjadi makanan tradisional semisal pindang telur, rendang dan lainnya serta sumber serat misalnya sayuran hijau serta buah-buahan termasuk mempunyai indeks glikemik rendah nan berfaedah membikin seseorang kenyang lebih lama.
"Makanan tradisional dari real food ini bakal mengenyangkan, kenyangnya lama dan jika sudah kenyangnya lama dia tidak bakal snacking (yang tidak sehat)," ujar Piprim dalam sebuah obrolan media secara daring, Selasa,.
Piprim mengingatkan orangtua untuk mengenalkan protein hewani pada anak mereka sejak masa pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) lantaran selain membantu mencegah anak terkena obesitas juga mengatasi stunting atau kondisi perkembangan otak dan tumbuh kembang anak nan tersendat akibat kekurangan gizi kronis pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Berita lain dengan Judul: Empat langkah kurangi ketagihan "junk food"
Berita lain dengan Judul: Cara menghindari bujukan junk food menurut studi
Jenis makanan sendiri sangat berpengaruh pada perilaku makan berlebih alias overeating dan obesitas. Studi sejak 24 tahun lampau dengan melibatkan anak-anak memperlihatkan partisipan nan diberi makanan indeks glikemik tinggi, gula dpetunjuknya meningkat dan turun secara cepat. Begitu juga dengan insulinnya.
"Indeks lapar anak-anak nan mendapat makanan indeks glikemik tinggi itu lebih sigap lapar maka energy cumulative intake-nya jadi tinggi. Sedangkan anak nan diberi makanan dengan indeks glikemik rendah, hunger rating-nya rendah alias tidak mudah lapar," jelas Piprim.
Menurut Kementerian Kesehatan, indeks glikemik (IG) merupakan parameter sigap alias lambatnya unsur karbohidrat dalam bahan pangan meningkatkan kadar gula dpetunjuk dalam tubuh.
Studi nan dipublikasikan melalui JAMA Network tahun 2007 menunjukkan, makanan dengan indeks glikemik tinggi meningkatkan kadar glukosa dpetunjuk secara signifikan, sehingga meningkatkan permintaan insulin. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah pada pankreas nan pada akhirnya dapat menyebabkan diabetes.
"Indeks glikemik jika makin tinggi itu makanan nan begitu dimakan langsung jadi gula seperti instant oatmeal, susu. Junk food, ultra-processed food nan tinggi gula selain membahayakan kesehatan ini bikin anak kecanduan," kata Piprim.
Makanan indeks glikemik tinggi juga dikatakan dapat meningkatkan penyimpanan lemak dan meningkatkan akibat obesitas. Pada kondisi obesitas, terjadi penumpukan lemak akibat kelebihan kalori dalam corak lemak.
Lemak kemudian menumpuk pada wilayah tubuh nan semestinya tidak ada lemak seperti selaput luar jantung, di dalam otot jantung dan hati nan dapat berujung masalah kesehatan seperti penyakit jantung dan hati.
Berita lain dengan Judul: IDAI tekankan banyak beri porsi makan tak jamin gizi anak terpenuhi
Berita lain dengan Judul: IDAI: Gerakan makan telur dan ikan tiap hari efektif turunkan stunting
Berita lain dengan Judul: Otoritas Oaxaca di Meksiko larang "junk food" dijual ke anak-anak
COPYRIGHT © BERITAJA.COM 2023