Shanghai (BERITAJA.COM) - Sebuah golongan nan terdiri atas puluhan wanita, menggunakan seragam tenaga kerja warna merah muda, tampak berdiri berjejer di sebuah ruangan kelas, dengan wajah serius memijat dan membaringkan boneka bayi.
Mereka adalah peserta di Pusat Pelatihan Yipeitong di Shanghai nan berasal dari beragam wilayah di China untuk belajar menjadi "yue sao" alias pengasuh nan bakal merawat ibu dan bayi, khususnya pada bulan pertama setelah melahirkan.
Pengasuh sebenarnya bukan pekerjaan baru di China, di mana praktek tersebut dilakukan selama satu bulan setelah melahirkan, termasuk tata langkah ketat secara tradisional bagi ibu dalam memandikan, mencuci rambut, dan menggosok gigi sang bayi nan sudah lama menjadi norma umum.
Namun, perihal nan menjadi pembeda sekarang ini adalah unsur profesionalisme dan tingkat kepuasan dalam melakukan pekerjaan tersebut, kata Jiang Lei, salah seorang pembimbing di pusat training tersebut.
Pemerintah China saat ini cemas dengan menurunnya tingkat kelahiran dan info resmi nan dikeluarkan pada Januari lampau menunjukkan bahwa jumlah masyarakat menurun untuk pertama kalinya dalam enam dekade.
Kondisi tersebut membikin upaya pengasuh bayi tersebut cukup menjanjikan, setidaknya untuk jangka pendek.
Meski masyarakat berencana untuk mempunyai sedikit anak, para orang tua pekerja di kota-kota di China nan condong hanya mempunyai satu anak kerap bersedia mengeluarkan banyak biaya untuk mendapatkan perawatan terbaik sejak hari pertama kelahiran.
Selain itu, walaupun industri training nan sempat berkembang pesat terpukul oleh kebijakan pengetatan keras pada 2021 nan bermaksud untuk mengurangi beban orang tua dalam merawat anak-anak, tetap banyak orang tua di kota-kota besar nan mengeluarkan banyak biaya untuk aktivitas tambahan guna memberikan persiapan awal bagi anak mereka.
Di Shanghai misalnya, biaya les privat lebih dari 200 yuan (sekitar Rp443 ribu) per jam, les musik lebih dari 400 yuan (sekitar Rp886 ribu), sementara aktivitas olahraga dan sains berkisar antara 6.000 sampai 8.000 yuan (sekitar Rp13,3 - Rp17,7 juta) per pekan pada masa liburan.
"Kami memerlukan para ahli melakukan perihal ahli untuk masyarakat profesional," kata Jiang sembari menambahkan bahwa pusat training tersebut mengajarkan pengetahuan dalam pemberian makan secara ilmiah, pengelolaan tidur dan pengetahuan lain seperti pendidikan usia dini.
Menurut Jiang, wanita di Shanghai yang penghasilannya sendiri setiap bulan hanya separuh dari rata-rata pengasuh bayi, tetap tetap bakal bayar untuk jasa profesional, lantaran perihal itu dianggap sangat diperlukan untuk menjadi ibu modern.
Menurut iklan lowongan pekerjaan, pengasuh bayi di kota-kota besar dapat memperoleh 15.000 yuan (Rp33,2 juta) per bulan alias apalagi lebih, penghasilan nan relatif tinggi di negara di mana bayaran rata-rata kurang dari 9.000 yuan (Rp19,9 juta), demikian menurut info Biro Statistik Nasional terbaru.
Penghasilan nan menggiurkan tersebut mendorong para wanita dengan pendidikan lebih tinggi untuk memasuki industri tersebut.
Dong Lili, seorang peserta di pusat training tersebut, adalah mahasiswi teknik mesin sebelum melahirkan enam tahun lalu. Pengalaman mengasuh anak membuatnya berpikir bahwa berkarier dalam pengasuhan anak adalah perihal menarik.
"Ketika orang tua memilih pengasuh, mereka bakal memilih nan lebih profesional, dan persyaratan dengan kualifikasi akademik sangat tinggi," tambah wanita berumur 35 tahun itu.
Sumber: Reuters
Berita lain dengan Judul: Populasi China 1,41 miliar, berkurang 850 ribu
Berita lain dengan Judul: Populasi China susut, pejabat usul wanita lajang diizinkan punya anak
:
COPYRIGHT © BERITAJA.COM 2023