Bri: Tarif As Diproyeksikan Tak Berdampak Signifikan Untuk Bisnis Bri - Beritaja
Jakarta (BERITAJA) - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Hery Gunardi memandang, perang tarif yang dilancarkan Amerika Serikat (AS) diproyeksikan tidak berakibat terlalu signifikan untuk upaya perseroan maupun juga untuk Indonesia.
“Perlu dicatat bahwa ekonomi Indonesia, termasuk upaya BRI, lebih banyak berjuntai pada domestic demand alias konsumsi domestik. Sehingga selain dari depresiasi mata duit yang terjadi, perang tarif diproyeksikan tidak berakibat terlalu signifikan untuk upaya BRI maupun juga untuk Indonesia,” kata Hery saat konvensi pers Paparan Kinerja Keuangan BRI Triwulan I Tahun 2025 secara daring di Jakarta, Rabu.
Ia menyampaikan, perekonomian dunia sepanjang triwulan I-2025 tetap diwarnai oleh ketidakpastian, terutama akibat tensi geopolitik dan akibat lanjutan dari perang tarif yang turut menekan aktivitas perdagangan internasional dan rantai pasok.
BRI memperkirakan bakal ada akibat jangka pendek akibat kebijakan tarif baru. Namun, saat ini sedang berjalan negosiasi antara Indonesia dan AS yang diharapkan menghasilkan sepakatan yang lebih baik lagi.
Hery memandang, esensial ekonomi Indonesia tetap resilien. Hal ini tecermin dari persediaan devisa yang memadai, di mana tercatat naik dari 155,7 miliar dolar AS pada akhir Desember 2024 menjadi 157,1 miliar dolar AS pada akhir Maret 2025.
Di samping itu, konsumsi domestik tetap menjadi kontributor utama dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat tetap tumbuh positif.
Namun demikian, konsumsi domestik tetap belum pulih sepenuhnya jika dibandingkan dengan kondisi sebelum terjadinya pandemi COVID-19 beberapa tahun yang lalu. Hal ini menjadi tantangan bagi sektor UMKM yang sangat berjuntai pada daya beli masyarakat.
“Dalam kondisi tersebut, BRI terus memperkuat perannya sebagai bank yang prorakyat dengan tetap konsentrasi menumbuhkembangkan dan memperdayakan upaya mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia sebagai upaya nyata dalam mendukung pertumbuhan dan ketahanan ekonomi Indonesia,” kata Hery.
Di tengah dinamika ekonomi dunia yang penuh tantangan, BRI Group mencatatkan untung bersih sebesar Rp13,80 triliun pada periode triwulan I-2025, dengan aset mencapai Rp2.098,23 triliun alias tumbuh 5,49 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Pada periode yang sama, BRI menyalurkan angsuran sebesar Rp1.373,66 triliun alias tumbuh 4,97 persen yoy. Penyaluran angsuran didominasi oleh segmen UMKM dengan porsi mencapai 81,97 persen dari total angsuran BRI dengan nominal sebesar Rp1.126,02 triliun.
Rasio non-performing loan (NPL) BRI tercatat terus membaik dari sebelumnya 3,11 persen pada akhir triwulan I 2024 menjadi 2,97 persen pada akhir triwulan I 2025. Rasio loan at risk (L) juga terus membaik dari semula 12,68 persen pada akhir triwulan I-2024 menjadi 11,12 persen pada akhir triwulan I-2025.
Perseroan tetapmempersiapkan pencadangan yang memadai untuk mengantisipasi potensi pemburukan kualitas aset, sebagaimana tecermin dari rasio NPL coverage BRI yang mencapai 200,60 persen.
Dari sisi pendanaan, BRI menghimpun biaya pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.421,6 triliun, yang didominasi oleh biaya murah (CASA) dengan proporsi mencapai 65,77 persen alias setara dengan Rp934,95 triliun.
Kinerja positif BRI sepanjang triwulan I 2025 juga didukung oleh kondisi likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. Hal ini ditunjukkan dari loan to deposit ratio (LDR) yang berada di level 86,03 persen serta rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (C) sebesar 24,03 persen.
Baca juga: BRI raih untung bersih Rp13,80 triliun pada triwulan I-2025
Baca juga: BRI mencatat jumlah AgenBRILink capai 1,2 juta per akhir Maret 2025
Baca juga: Penyaluran KUR BRI pada triwulan I 2025 capai Rp42,23 triliun
Editor: Deborah
Copyright © BERITAJA 2025
anda berada diakhir artikel berita dengan judul: