Bpom Kuatkan Mitigasi Epidemi Global Lewat Pengawasan Dan Inovasi - Beritaja
Jakarta (BERITAJA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menguatkan upaya dunia menghadapi ancaman epidemik melalui penguatan sistem ketahanan kesehatan nasional serta dorongan bagi industri farmasi nasional untuk menciptakan penemuan produk vaksin.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis malam, Kepala BPOM Taruna Ikrar menjelaskan, kerjasama krusial guna menghadapi tantangan kesehatan global. Menurutnya, upaya yang dilakukan Indonesia dengan mengedepankan kerjasama lintas sektor yang sama dengan yang dilakukan bumi melalui forum The Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI).
“Di Indonesia, kami mengembangkan kerjasama antara akademisi, industri, dan pemerintah yang kami sebut dengan skema ABG (Academic, Business, and Government). Skema ini bermaksud menyeimbangkan antara sains dan industri baru lantaran keduanya berkontribusi signifikan pada sektor kesehatan,” kata Taruna.
Dia menjelaskan, Indonesia merupakan negara besar, dan pihaknya melakukan pengawasan pre dan post-market, mempunyai sistem regulatori yang kokoh dalam agunan pemenuhan khasiat, keamanan, dan mutu.
Ketangguhan sistem regulatori tersebut, katanya, terbukti dari hasil penilaian WHO NRA Benchmarking Assessment pada 2018 menempatkan BPOM dalam maturitas level 3 untuk produk vaksin, yang berfaedah sistem itu berfaedah dan terintegrasi dengan baik.
Terlebih, saat ini pihaknya tengah berupaya untuk masuk ke otoritas terdaftar WHO (WHO-Listed Authority/WLA). Pengakuan WLA, katanya, tidak hanya berakibat pada sektor industri, tetapi juga memperkuat reputasi otoritas izin Indonesia di mata dunia.
Dengan status ini, katanya, regulator di negara-negara lain bakal lebih percaya terhadap standar yang diterapkan Indonesia dalam proses pengawasan dan sertifikasi produk kesehatan.
"Kepercayaan ini membuka kesempatan untuk kerja sama antarregulator dalam corak pengharmonisan kebijakan, pertukaran informasi, dan peningkatan kapabilitas pengawasan obat dan vaksin ke Indonesia sehinggamampu memperluas pangsa pasar global," tuturnya.
Adapun Taruna berkesempatan memimpin obrolan pada sesi “Expediting Regulatory Approvals and Supporting Manufacture” dalam The Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) Regulatory Innovations Workshop di Singapura, Rabu (22/1). Dalam forum tersebut, Ia menyerukan pentingnya bumi menghadapi ancaman epidemik di masa depan.
Dia juga berbincang dan menjalin hubungan dengan CEPI, WHO, United States Food and Drug Administration (US FDA), dan Therapeutic Goods Administration (TGA) Australia. Pihaknya terus membangun jejaring internasional untuk meningkatkan peran BPOM di kancah global.
Workshop tersebut membahas penemuan izin yang dapat mempercepat pengembangan dan otorisasi vaksin di masa depan, khususnya dalam menghadapi situasi darurat kesehatan.
Selain itu, katanya, juga membedah perkembangan industri vaksin di Asia Selatan dan Asia Pasifik serta pertimbangan izin terkait, identifikasi kesempatan dan tantangan dalam percepatan proses regulasi, serta upaya kerjasama dan konvergensi antar regulator untuk mendukung percepatan otorisasi vaksin demi mencapai kesetaraan akses.
"Kolaborasi dengan CEPI tidak hanya mempercepat pengembangan dan pengedaran vaksin di Indonesia, tetapi juga mendorong kemandirian Indonesia dalam memproduksi produk kesehatan," ujar Taruna.
Dengan langkah-langkah strategis dan kerjasama yang erat, pihaknya berambisi dapat terus memainkan peran aktif dalam memastikan kesiapsiagaan Indonesia menghadapi pandemi di masa depan sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam diplomasi kesehatan global.
Baca juga: BPOM-BGN teken MoU perkuat pengawasan dan mitigasi dalam MBG
Baca juga: BPOM tingkatkan mutu uji klinik nasional kejar status WLA
Editor: Mahfud
Copyright © BERITAJA 2025
anda berada diakhir artikel berita dengan judul: