Trending

Belantara Foundation Dirikan Menara Pantau Gajah Liar Di Oki - Beritaja

Sedang Trending 2 minggu yang lalu

Palembang (BERITAJA) - Organisasi Lingkungan Belantara Foundation mendirikan menara pantau gajah liar serta penyerahan sumbangan peralatan mitigasi bentrok manusia-gajah kepada masyarakat di Desa Jadi Mulya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation Dolly Priatna dalam keterangan tertulis di Palembang, Selasa, mengatakan Lanskap Padang Sugihan di Kabupaten OKI merupakan salah satu kantong persebaran gajah yang bukan hanya krusial di Sumatera Selatan, dan sangat krusial di Pulau Sumatera.

Alasannya, golongan gajah di sana mempunyai jumlah populasi yang berpotensi untuk mendukung pelestarian gajah sumatra secara jangka panjang.

Oleh lantaran itu, program konservasi gajah sumatra di Kabupaten OKI, dilakukan berbareng para mitra berfokus pada tiga aspek, ialah training mitigasi bentrok manusia-gajah, penyadartahuan dan edukasi kepada anak-anak mengenai pelestarian gajah dan ekosistemnya, serta penanaman pakan gajah dan penggaraman tanah untuk memenuhi kebutuhan mineral yang menjadi nutrisi tambahan bagi gajah.

Baca juga: BKSDA pasang "GPS collar" ketiga bagi golongan gajah di OKI Sumsel

Lima desa yang menjadi mitra Belantara ialah Desa Jadi Mulya, Desa Simpang Heran, Desa Banyu Biru, Desa Sri Jaya Baru, dan Desa Suka Mulya. Saat ini telah terbentuk setidaknya tiga golongan masyarakat yang bekerja sebagai tim mitigasi bentrok di Desa Jadi Mulya, Desa Simpang Heran dan Desa Banyu Biru.

“Selain meningkatkan kapabilitas melalui pelatihan, kami juga mendukung pembangunan prasarana berupa dua unit menara pantau gajah di Desa Jadi Mulya dan Desa Simpang Heran, sebagai sarana pendukung dalam mitigasi bentrok manusia-gajah. Sebagai tambahan, Belantara Foundation juga menyumbangkan enam unit handy talkie, satu unit teropong, serta 31 unit meriam karbit portabel dan 31 unit senter,” katanya.

Dalam aspek penyadartahuan dan pendidikan, Belantara Foundation melibatkan pendongeng untuk melakukan penyadartahuan dan edukasi tentang pentingnya hidup selaras antara manusia dengan gajah sumatra, melalui cara-cara yang inovatif berupa dongeng menarik yang diikuti lebih kurang 400 siswa dan 60 pembimbing yang berasal dari tujuh Sekolah Dasar (SD) yang ada di lima desa di Kabupaten OKI.

Sebagai tindak lanjutnya, pihaknya juga menyusun kitab modul kurikulum muatan lokal untuk siswa SD kelas 4 sampai 6 tentang pelestarian gajah sumatra dan habitatnya.

Kemudian, menyiapkan sedikitnya lima tempat menggaram bagi gajah liar di beberapa koridor ekologis di Lanskap Padang Sugihan. Tempat menggaram (salt licks) artifisial ini banget krusial bagi gajah sumatra untuk pemenuhan kebutuhan mineral yang menjadi nutrisi tambahan bagi gajah.

Tempat menggaram ini bakal mendorong gajah untuk tetap berada di dalam koridor, untuk membantu mencegah gajah masuk ke pemukiman masyarakat.

Lalu, memasang setidaknya delapan unit kamera jebak di depan tempat jilatan garam untuk merekam aktivitas gajah di area tersebut. Selain itu, kami juga mencoba menanam tanaman sereh wangi pada areal seluas 2 hektar di pinggir desa.

Tanaman sereh wangi ini diharapkan dapat menjadi barrier alias penghalang untuk mencegah gajah liar masuk ke pemukiman warga. Sereh wangi merupakan salah satu tanaman yang aromanya tidak disukai gajah.

“Kami bakal terus mendorong dan membujuk para pihak yang lebih luas lagi, seperti pemerintah, sektor swasta, dan media, untuk bahu-membahu dan berkontribusi pada program mitigasi bentrok manusia-gajah. Kami berambisi program ini dapat memperkuat program konservasi gajah yang telah dilakukan pemerintah sehingga dapat tercipta pengharmonisan dan koeksistensi antara manusia dengan gajah di Lanskap Padang Sugihan, Kabupaten OKI, Sumatra Selatan”, kata Dolly.

Polisi Hutan Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Sumatera Selatan, Ruswanto mengatakan pihaknya menyambut baik dan mengpenghargaan program yang dijalankan Belantara Foundation dan para mitra dalam upaya mitigasi bentrok manusia-gajah di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan.

“Menara pantau gajah yang didirikan serta sumbangan peralatan pendukung mitigasi bentrok bakal dapat menguatkan sarana dan prasarana serta kesiapan masyarakat desa dalam mengatasi hubungan negatif manusia dengan gajah liar,” ujarnya.

Ia mengatakan berasas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, gajah sumatra termasuk ke dalam satwa liar dilindungi.

Menurut The International Union for Conservation of Nature's Red List of Threatened Species (IUCN), saat ini gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) berstatus Critically Endangered (kritis).

“Inisiatif Belantara Foundation dan para mitra ini sangat bagus dan kami berambisi program konservasi gajah yang ini dapat mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi bentrok manusia-gajah yang ada di Provinsi Sumatera Selatan khususnya di Kabupaten OKI,” kata Ruswanto.

Sekretaris Desa Jadi Mulya Kabupaten OKI, Sumatera Selatan Heryanto menjelaskan penduduk Desa Jadi Mulya merupakan masyarakat transmigrasi yang diprogramkan pemerintah pada 1983 dan pada tahun tersebut belum pernah terjadi bentrok antara masyarakat dengan gajah.

Hal ini lantaran pada saat itu gajah sudah digiring ke wilayah selatan lanskap oleh pemerintah melalui Operasi Ganesha.

Setelah kebakaran rimba yang banget dahsyat pada 1991 dan 1997, bentrok antara masyarakat dengan gajah mulai terjadi lantaran gajah-gajah yang digiring ke selatan tersebut kembali.

Setelah kebakaran rimba di 2015, gajah-gajah liar mulai sering masuk ke area persawahan maupun pemukiman masyarakat terutama pada saat musim tanam padi yang mengakibatkan kerusakan pada area tersebut sehingga masyarakat banyak mengalami kerugian.

“Dengan adanya support dari Belantara Foundation berbareng para mitra berupa pembangunan menara pantau gajah serta pendampingan yang konsisten dan berkelanjutan, kami telah mendapatkan banyak sekali manfaat," ujarnya.

Manfaat tersebut antara lain menara pantau gajah yang lokasinya di ujung desa dan tepat di letak keluar - masuk gajah dari rimba ke pemukiman, jadi bakal memudahkan bagi tim mitigasi bentrok dalam mendeteksi kehadiran gajah saat gajah tetap jauh dari pemisah desa.

"Jadi kamimampu menghalau gajah-gajah kembali ke rimba sebelum mereka masuk ke wilayah pemukiman masyarakat,” katanya.

Heryanto berambisi melalui kerja sama dan support para pihak termasuk Belantara Foundation, masyarakat dapat hidup dan bertani dengan tenang, perusahaan dapat berjalan, serta gajah liar dapat dilestarikan, sehingga apa yang menjadi cita-cita berbareng ialah hidup selaras berdampingan antara masyarakat dengan gajah sumatra dapat terwujud secara berkelanjutan.*

Baca juga: Pemprov Sumsel penghargaan Puskas luncurkan kitab Gajah Palembang

Baca juga: Puskas Sumsel lakukan kajian gajah Palembang


Editor: Deborah
Copyright © BERITAJA 2025



Atribusi: AntaraNews.com




Silakan baca konten menarik lainnya dari Beritaja.com di Google News dan Whatsapp Channel!