Jakarta (BERITAJA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bahwa ASEAN menjadi area yang relatif stabil di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global.
Selain itu, perekonomian ASEAN menunjukkan keahlian positif dalam satu dasawarsa terakhir dengan pertumbuhan rata-rata 4-5 persen serta menjadi perekonomian terbesar ke-5, eksportir terbesar ke-4, dan pada 2022 lampau menjadi tujuan investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) terbesar ke-2. Situasi politik yang stabil ini dapat meyakinkan lebih banyak penanammodal untuk menanamkan modalnya di negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.
“Di tengah ketidakpastian, kita baru-baru ini mendengar Perang Gaza belum berakhir, kemudian juga Ukraina-Rusia tetap panas, dan terakhir perubahan (pemerintahan) di Suriah yang juga kita belum tahu siapa yang bakal meng-govern di sana, yang memimpin pemerintahan di sana. Namun di tengah ketidakpastian, ada satu wilayah yang selama dua dasawarsa relatif aman, ialah Indo-Pasifik. Dan di Indo-Pasifik, ASEAN menjadi kerja sama regional yang paling stabil dan nyaris seluruh negara,” kata Airlangga dalam aktivitas Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 di Jakarta, Selasa.
Airlangga menekankan bahwa ASEAN telah menjadi model kerja sama regional yang stabil, dengan pertumbuhan ekonomi anggotanya rata-rata sekitar 4 persen. Dengan populasi sekitar 600 juta, ASEAN membikin wilayah Indo-Pasifik lebih "dingin" di tengah panasnya tensi dunia antara Timur dan Barat, termasuk perang jual beli China-Amerika.
Kemudian, di tengah semakin kompleksnya dinamika geopolitik, Airlangga tetap mewaspadai adanya perbedaan pendekatan kebijakan perdagangan antara negara-negara ASEAN dan AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump yang baru terpilih.
Pendekatan ASEAN yang mengedepankan kerja sama multilateral, menurutnya, diperkirakan bakal kurang cocok dengan style kepemimpinan Trump yang condong memprioritaskan hubungan bilateral antaranegara.
“Kita ketahui bahwa the new president (Trump) di Amerika lebih menghargai bilateral daripada multilateral. Tetapi negara-negara ASEAN percaya bahwa multilateral bakal membawa kesejahteraan bersama. Nah, ini merupakan tantangan-tantangan yang ada ke depan,” jelasnya.
Lebih lanjut, dalam pidatonya Airlangga juga menyampaikan proyeksi optimistis OECD terhadap ekonomi Indonesia. Proyeksi OECD menunjukkan pertumbuhan Indonesia bakal mencapai 5,1 persen pada 2024 dan 5,2 persen pada 2025.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri, diketahui pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III 2024 tercatat 4,95 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan China (4,60 persen), Meksiko (1,60 persen), dan Jepang (0,30 persen).
Namun, Airlangga mengingatkan bahwa beragam tantangan tetap ada, terutama mengenai kebijakan suku kembang tinggi The Fed. Kebijakan suku kembang The Fed yang condong tetap tinggi dapat memicu pergeseran arus devisa ke sana.
Meskipun demikian, Menko Airlangga optimistis bahwa dengan langkah-langkah strategis pemerintah, termasuk pengendalian inflasi yang efektif.
“Kemarin Bapak Presiden datang dalam pertemuan dengan seluruh gubernur di Kementerian Dalam Negeri di mana inflasi kita,mampu terus ditekan di nomor 1,7 (persen) apalagi kitamampu 1,5 (persen),” ucapnya.
Baca juga: Mendag: Peresmian instansi RCEP perkuat integrasi ekonomi kawasan
Baca juga: Airlangga minta ekspansi kerja sama RI-India di beragam sektor lain
Baca juga: Menko Airlangga: KEK jadi inisiatif kejar sasaran pertumbuhan 8 persen
Editor: Mahfud
Copyright © BERITAJA 2024